Di Sosial Media banyak para komentator, pengamat politik dan analisis bermunculan secara dadakan ada yang hujat Jokowi dan ada yang hujat Prabowo setelah mereka maju sebagai capres dan cawapres. Kadang ada rasa tidak nyaman baca hasil komentar yang nadanya jelas sebagai kampanye hitam, tetapi kalau itu kampanye negatif masih bisa masuk logika sebagi bahan pertimbangan atau masukan sebelum mengambil pilihan. Fitnah dan rasis di dunia manusia yang beradab adalah perbuatan yang sangat buruk dan keji. Menyebar kebencian sesama anak bangsa adalah perbuatan yang sangat tercela, tetapi mengapa itu sepertinya dihalalkan dan dibiarkan?
Mestinya kita cukup sadar diri bahwa yang terbaik bagi bangsa ini adalah kedamaian bukan malah sebaliknya, yakni menyulut perpecahan hanya karena berbeda pilihan pada saat memilih Capres dan Cawapres. Komentator , pengamat atau analisis politik sekarang ini sudah banyak yang tidak netral, begitu juga media dan itu tidak masalah. Tetapi jika ketidak netralan itu terus dibumbui dengan data palsu, bohong, fitnah, menyebar kebencian diantara kedua pendukung capres dan cawapres , itulah masalah yang sebenarnya.
Ada baiknya ” Diam ” kalau tidak punya kapabilitas sebagai komentator , pengamat atau analisis politik.Sebagian besar Masyarakat Indonesia tidak bodoh dan masyarakat Indonesia tahu mana yang benar dan mana yang palsu atau rekayasa. Orang Bayaran atau amatiran kelihatan komentarnya atas kedua pasangan capres dan cawapres, dan begitu juga dengan media bayaran.