KBK.News, SINGAPURA — Dewan Pergerakan Advokat Republik Indonesia (DePA-RI) mengumumkan hasil pertemuan dengan Singapore International Mediation Centre (SIMC) di Maxwell Chambers, Singapura.

Pertemuan tersebut membahas peluang Indonesia untuk segera meratifikasi Singapore Convention on Mediation atau UN Convention on International Settlement Agreements Resulting from Mediation.

Ketua Umum DePA-RI, Dr. TM Luthfi Yazid, S.H., LLM, memimpin delegasi yang terdiri dari pengurus DPP, DPD, dan DPC DePA-RI.

Dari pihak SIMC, hadir sejumlah pimpinan dan pengurus, termasuk Benatt Lim dan Fern Cheng.

Dalam pertemuan tersebut, SIMC menyatakan dukungan penuh agar Indonesia segera menandatangani konvensi yang telah diratifikasi oleh 18 negara, termasuk China, Amerika Serikat, dan Brasil.

“Sebagai anggota BRICS, sudah sepatutnya Indonesia mengambil langkah strategis ini,” ujar perwakilan

SIMC

Selain itu, SIMC juga memberikan dukungan kepada DePA-RI untuk mengembangkan divisi mediasi lintas yurisdiksi, mengingat tidak semua sengketa harus diselesaikan melalui pengadilan.

Biaya besar, waktu panjang, dan potensi memburuknya hubungan menjadi alasan kuat mengapa mediasi perlu dikembangkan lebih luas di Indonesia.

BACA JUGA :  DePA-RI Buat Nota Kesepahaman (MoU) dengan Beijing Lawyers Association

Luthfi Yazid yang juga anggota Kelompok Kerja di Mahkamah Agung RI tentang PERMA Mediasi menyambut baik dukungan tersebut.

Menurutnya, budaya musyawarah yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia menjadi modal sosial untuk memperkuat peran mediasi.

Dalam siaran pers itu, Luthfi Yazid juga membagikan pengalamannya dalam bidang mediasi sejak 1995 saat mengikuti pelatihan di Center for Dispute Resolution (CDR) di Boulder, Colorado, AS, bersama Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M.

Ia juga pernah melakukan penelitian tentang Wakai dan Chottei, dua metode penyelesaian sengketa di Jepang, saat menjadi Visiting Professor di Gakushuin University, Tokyo.

Luthfi Yazid pernah menjadi editor buku Wakai karya guru besar mediasi Jepang, Prof. Yoshiro Kusana, serta menjadi kontributor dalam buku lain tentang mediasi yang terbit di Jepang.

“Diskusi di SIMC ini sangat bermanfaat. Harapan saya, oleh-oleh dari Singapura ini bisa dikembangkan di tanah air sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa,” pungkas Luthfi Yazid ,melalui siaran pers,Jumat (15/8/2025)