KBK.News, BANJARBARU – Koordinator Extinction Rebellion (XR) Meratus, Wira Surya Wibawa, memimpin aksi kreatif di lapangan area tanah kosong Sungai Besar, Kota Banjarbaru, pada momentum peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Jumat (22/8/2025).

Dalam aksi tersebut, puluhan anak dan warga menerbangkan layang-layang bertuliskan “SAVE MERATUS” sebagai simbol perlawanan terhadap perusakan lingkungan dan perampasan tanah adat di Pegunungan Meratus.

“Kemerdekaan seharusnya bukan hanya upacara dan lomba. Bagi masyarakat adat, merdeka berarti bebas mengelola tanah leluhur, hidup dari hutan yang lestari, dan terbebas dari ancaman tambang maupun perkebunan,” ujar Wira Surya Wibawa di sela kegiatan, Minggu (17/8/2025).

Ia menegaskan, rencana penetapan Taman Nasional Pegunungan Meratus yang dibungkus dengan jargon konservasi, justru berpotensi merampas tanah ulayat masyarakat Dayak Meratus. “Kami menolak greenwashing. Yang dibutuhkan adalah pengakuan hak adat, penghentian izin tambang, dan pelibatan masyarakat adat sebagai penjaga utama hutan,” tambahnya.

BACA JUGA :  Karir Cemerlang Wartono yang Kembali Memangku Jabatan Wakil Walikota Banjarbaru

Aksi ini juga diisi dengan edukasi iklim untuk anak-anak melalui permainan sederhana. Mereka diajak memahami bahwa krisis iklim nyata dan masa depan mereka terancam jika hutan terus rusak. Spanduk protes terbentang di bumi, sementara layang-layang membawa suara rakyat ke langit Banjarbaru.

XR Meratus menyerukan empat tuntutan utama:

1. Mengakui dan melindungi tanah adat Dayak Meratus.

2. Menghentikan izin tambang dan perkebunan perusak hutan.

3. Menjadikan masyarakat adat sebagai penjaga utama hutan.

4. Memperkuat solidaritas lintas generasi menghadapi krisis iklim.

“Bagi kami, kemerdekaan bukan berarti bebas merampas, tapi bebas menjaga kehidupan. Dari Banjarbaru, suara rakyat akan terus berkibar setinggi langit Meratus,” tegas Wira (Masruni)