Kotabaru – Usman Pahero, seorang aktivis di Kabupaten Kotabaru,Kalimantan Selatan mengalami luka bacok dibagian kepala cukup parah dan kini dilarikan ke rumah sakit, namun karena lukanya parah akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
Peristiwa menggenaskan terjadi dinihari tadi di Kabupaten Kotabaru menimpa seorang aktivis yang cukup vokal di Kabupaten Kotabaru, yakni Usman Pahero. Ia menjadi korban penganiyaan dari orang yang tak dikenal dengan mengalami luka bacok di bagian kepala.
Menurut keterangan teman korban, Nurcholis Majid, penganiyaan ini terjadi di Hilir Muara Kotabaru pada saat korban yang ditemani anaknya yang baru kelas SD keluar rumah untuk menunaikan shalat subuh ke Mesjid As- Salam . Namun, sebelum sampai ke mesjid, namun tiba – tiba ia didatangi orang tak dikenal yang langsung menebaskan senjata tajam ke arah lehernya. Korban sempat menunduk untuk menghindar,tetapi tebasan parang mengenai kepala dan korban langsung terjatuh. Sedangkan pelaku langsung kabur.
Menurut Nurcholis Majid yang juga Ketua Ombudsman Kalimantan Selatan, korban Usman Pahero adalah seorangaktivis yang sangat vokal di Kotabaru. Ia sering mendengar sejumlah aksi demo yang mengkritisi kebijakan dan tindakan penguasa, selalu dimotori oleh korban. Mulai aksi demo tolak tambang, demo pejabat bermasalah, dan demo-demo lainnya, selalu ada diikuti Usman Pahero. Korban adalah aktivis dari berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti HMI dan sejumlah forum diikutinya. Sejak mahasiswa di IAIN Antasari tahun 1988, korban sudah aktif dalam berbagai organisasi, hingga dia kembali ke Kotabaru.
” Apakah pelakunya masih ada hubungan dengan aksi-aksi yang dilakukan Usman. Saya berharap, polisi cepat mengungkapnya, sebab dalam hal ini profesionalisme polisi juga ditantang,” tegasnya (16/02/2018).
Ketua Ombudsman Kalsel ini menyatakan keprihatinannya atas munculnya tindakan premansime seperti yang terjadi dan menimpa aktivis. Peristiwa ini juga menggambarkan bahwa tingkat keamanan dilingkungan kita masih rawan.
” Kalau Usman dibacok karena dia vokal, isyarat demokrasi kita masih seperti zaman batu, dimana kekerasan fisik masih dipilih sebagai cara utk membungkam,” pungkasnya.