Site icon Kantor Berita Kalimantan

Analisis Penyebab Seringkali Terjadi Peristiwa Bunuh Diri di Kabupaten Banjar

KBK.NEWS – MARTAPURA – Beberapa bulan terakhir ada tiga kasus bunuh diri di Kabupaten Banjar, yakni 2 di Kecamatan Sungai Tabuk dan 1 di Kecamatan Martapura Barat.
Peristiwa Bunuh diri di Kecamatan Sungai Tabuk, 1 di Desa Sungai Tabuk Kota, dan satunnya lagi di Desa Sungai Bakung.
Kemudian 1 kasusnya lagi terjadi Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat. 
Apa saja yang melatarbelakangi sehingga orang melakukan bunuh diri? Berikut ini keterangan sejumlah ahli psikologi dan kejiwaan tentang apa saja yang menyebabkan orang bunuh diri.
Para ahli kejiwaan di seantero dunia telah melakukan berbagai kajian tentang penyebab banyaknya kasus bunuh diri. Beberapa hal yang sering kali dikaitkan dengan bunuh diri diantaranya sebagai berikut :
1. Gangguan kesehatan mental: Banyak kasus bunuh diri terkait dengan gangguan kesehatan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, atau skizofrenia. Ketika seseorang mengalami kondisi ini, mereka mungkin merasa putus asa, kehilangan harapan, atau tidak dapat menghadapi tantangan hidup.
2. Rasa putus asa atau putus harapan: Rasa putus asa atau kehilangan harapan sangat berperan dalam membentuk pikiran dan perilaku seseorang yang mau bunuh diri. Mereka mungkin merasa tidak adanya solusi atau tidak ada perbaikan di masa depan.
3. Pengalaman trauma atau kehilangan: Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik atau seksual, kematian anggota keluarga atau teman dekat, atau kehilangan pekerjaan atau hubungan yang signifikan dapat menjadi pemicu untuk melakukan bunuh diri.
4. Isolasi sosial: Masyarakat yang terisolasi, kurangnya dukungan sosial, perasaan kesepian yang terus-menerus, atau kurangnya rasa memiliki hubungan yang mendalam dengan orang lain dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
5. Penggunaan zat adiktif atau penyalahgunaan alkohol: Penyalahgunaan zat dapat mengganggu kesehatan mental dan memperburuk kondisi seseorang, yang dalam beberapa kasus dapat berkontribusi pada pemikiran atau tindakan bunuh diri.
6. Faktor genetik dan lingkungan: Faktor genetik juga telah diketahui memainkan peran dalam rentan seseorang terhadap masalah kesehatan mental dan bunuh diri. Lingkungan sekitar, seperti paparan terhadap bunuh diri di keluarga atau lingkungan sekitar, juga dapat memengaruhi seseorang.
Penting untuk diingat bahwa bunuh diri adalah masalah kompleks dan setiap individu memiliki situasi uniknya sendiri. Pemahaman lengkap tentang penyebab bunuh diri masih terus diteliti oleh para ahli kejiwaan. Jika ada situasi yang mendesak atau Anda atau seseorang yang Anda kenal membutuhkan bantuan, segeralah menghubungi sumber atau profesional kesehatan yang tepat untuk mendapatkan bantuan.
Ada statistik yang menggambarkan jumlah kasus bunuh diri di berbagai negara dan faktor-faktor yang terkait dengan bunuh diri. Berikut adalah beberapa hasil statistik yang dapat disebutkan:
1. Menurut data yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020, diperkirakan ada sekitar 700.000 orang yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya di seluruh dunia.
2. Pada usia 15-29 tahun, bunuh diri merupakan penyebab utama kematian kedua di seluruh dunia.
3. Wanita lebih mungkin mencoba bunuh diri, tetapi pria lebih mungkin mengalami kematian akibat bunuh diri. Pria memiliki tingkat kematian akibat bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan wanita dalam sebagian besar negara.
4. Beberapa faktor risiko yang sering terkait dengan bunuh diri termasuk gangguan kesehatan mental seperti depresi, gagal mencoba bunuh diri sebelumnya, adanya riwayat penyakit kejiwaan dalam keluarga, gangguan penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian, dan perasaan isolasi atau kesepian.
5. Terdapat perbedaan proporsi bunuh diri antar negara. Negara-negara dengan tingkat bunuh diri yang tinggi antara lain adalah Lithuania, Rusia, Guyana, Korea Selatan, dan India.
6. Bunuh diri juga dapat dikaitkan dengan faktor sosial dan ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan, akses terbatas terhadap layanan kesehatan mental, dan konflik bersenjata.
Penting untuk dicatat bahwa statistik ini dapat bervariasi dari tahun ke tahun dan antar negara. Data ini hanya memberikan gambaran umum dan tidak mencakup semua faktor atau variabel yang terkait dengan bunuh diri.
Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi tingkat bunuh diri. Beberapa faktor ekonomi yang dapat berperan dalam meningkatkan risiko bunuh diri antara lain:
1. Pengangguran: Ketika seseorang kehilangan pekerjaannya atau sulit mencari pekerjaan, stres ekonomi dan penurunan kualitas hidup dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
2. Kemiskinan: Ketika seseorang hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, tekanan psikologis dan perasaan putus asa dapat terjadi, meningkatkan risiko bunuh diri.
3. Utang keuangan: Seseorang yang terjebak dalam utang yang berat dan tidak mampu membayarnya dapat mengalami tekanan finansial yang signifikan, yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
4. Ketidakstabilan ekonomi: Ketika suatu negara atau wilayah mengalami krisis ekonomi seperti resesi atau inflasi tinggi, tekanan ekonomi yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan risiko bunuh diri.
5. Jatuhnya status sosial-ekonomi: Ketika seseorang mengalami penurunan tajam dalam status sosial dan ekonomi mereka, seperti kegagalan bisnis atau kehilangan kekayaan secara mendadak, dapat terjadi perasaan putus asa dan depresi yang dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Penting untuk diingat bahwa faktor ekonomi hanya bersama-sama dengan faktor lain yang berperan dalam bunuh diri. Faktor-faktor sosial, individu, dan lingkungan juga perlu diperhatikan.
Exit mobile version