
Para peserta Begarakan Sahur di Pekapuran B mulai bergerak (Foto Mercy))
KBK.News, BANJARMASIN – Suasana dini hari di kawasan Pekapuran B, Kota Banjarmasin, menjadi meriah ketika kelompok remaja, anak-anak, ibu-ibu, hingga pemuda berbaris sambil meneriakkan seruan sahur. Dentuman alat perkusi mirip drum yang ditabuh dengan irama bertalu-talu mengiringi langkah penuh semangat mereka.
Tradisi “begarakan sahur” ini selalu dinanti warga setiap bulan Ramadan.
Mulai pukul 02.30 WITA, rombongan berkeliling dari Pekapuran B menuju Pekapuran A, melewati Jembatan Pangeran Antasari, dan berlanjut hingga Gang Simpang Ulin 1.
Setelah itu, mereka kembali ke Pekapuran B melalui Gang Damai. Kadang, rute diperpanjang hingga Jalan A. Yani dan berakhir di kawasan Stal Sapi di seberang RSUD Ulin.
Di Pekapuran A, warga yang terjaga menikmati suasana malam dengan berkumpul di warung atau rumah makan yang buka hingga sahur.
Canda tawa dan obrolan hangat menambah keceriaan suasana.”Setiap tahun (umpat) ikut begarakan sahur, seru (rami) bangunin sahur sambil (bejalanan) jalan-jalan. Kadang ngos-ngosan, tapi puas karena bisa meramaikan Ramadan,” kata Indra (22) seorang peserta yang terlihat berkeringat namun tetap tersenyum.
Bagi warga, tradisi ini bukan hanya sekadar membangunkan sahur, tapi juga mempererat silaturahmi. Anak-anak berlarian sambil tertawa, ibu-ibu bertepuk tangan mengikuti irama drum sederhana. Suara dentuman yang memecah kesunyian menjadi ciri khas yang selalu dinantikan.
Inas, pemilik warung kelontong di Pekapuran B, mengenang tradisi ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun. “Ini bukan sekadar bangunin sahur, tapi simbol kebersamaan warga. Apalagi sekarang kegiatan keagamaan mulai berkurang, jadi penting untuk menjaga tradisi,” ujarnya.
Meskipun terkadang dianggap mengganggu istirahat, warga yang terbangun sering memberikan minuman atau makanan ringan kepada peserta begarakan sahur sebagai bentuk dukungan dan apresiasi.
Tradisi begarakan sahur di Pekapuran B mencerminkan kuatnya ikatan sosial dan semangat Ramadan. Gema “sahur… sahur…” yang menggema setiap tahun menjadi pengingat warga untuk bangun, makan sahur, dan menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketulusan.
Semoga tradisi ini tetap terjaga dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Banjarmasin.
Penulis/Editor: Iyus