KBK.News, BANJARMASIN – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Kalimantan (BEM UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari, melalui Kementerian Analisis dan Kajian Strategis, merilis hasil kajian mendalam terkait kondisi pendidikan dasar di Kota Banjarmasin. Kajian ini dilakukan dalam dua bulan terakhir melalui observasi langsung ke sejumlah sekolah dasar dan menemukan lima persoalan krusial yang dinilai memprihatinkan, Jumat (13/6/2025).

Salah satu temuan menonjol adalah kondisi SD Melayu 5 yang berlokasi di pusat kota. Sekolah ini pernah mengalami kebakaran satu tahun silam, namun hingga kini belum mendapatkan perbaikan ataupun perhatian dari Dinas Pendidikan maupun Pemerintah Kota Banjarmasin.

“Kalau sekolah di tengah kota saja bisa terabaikan, bagaimana nasib sekolah di wilayah pinggiran seperti SDN Basirih 10?” ungkap Masruni, Menteri Analisis dan Kajian Strategis BEM UNISKA, dalam konferensi pers di Kampus UNISKA, Rabu (12/6/2025).

Masruni menjelaskan bahwa kajian ini merupakan bentuk tanggung jawab moral mahasiswa terhadap permasalahan pendidikan dasar yang selama ini luput dari perhatian publik. Ia menyoroti berbagai isu seperti:

-Kondisi bangunan sekolah yang tidak layak,

-Minimnya akses aman bagi siswa.

-Fasilitas pendidikan yang belum mendukung kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.

BACA JUGA :  Sehari ,Tiga Kali Jago Merah Amuk Banjarmasin

“Secara aturan, sekolah tidak boleh menolak siswa berkebutuhan khusus. Namun realitasnya, fasilitas penunjang sangat terbatas, bahkan nyaris tidak ada,” tambahnya.

Presiden Mahasiswa UNISKA MAB, Muhammad Anzari, turut menggarisbawahi ketimpangan pembangunan yang masih dirasakan di beberapa wilayah Banjarmasin. Ia menyebut masih banyak sekolah yang berdiri di kawasan tanpa akses jalan memadai, dengan bangunan yang rusak, atap bocor, dan ruang kelas yang hampir ambruk.

“Ini bukan sekadar asumsi. Semua temuan kami berdasarkan kunjungan langsung dan riset lapangan sejak tahun 2024,” tegas Anzari.

BEM UNISKA telah mengajukan permohonan audiensi resmi kepada Pemerintah Kota Banjarmasin, namun hingga kini belum menerima tanggapan konkret. Mereka berharap hasil kajian ini dapat menjadi masukan konstruktif bagi pemerintah dan pemangku kebijakan pendidikan.

“Kami siap berdialog dan bersinergi dengan pemerintah, pihak sekolah, serta komunitas agar permasalahan ini bisa segera ditangani secara serius,” ujar Masruni.

BEM UNISKA menegaskan komitmennya untuk terus mengawal isu pendidikan dasar di Banjarmasin, demi menjamin terpenuhinya hak anak atas pendidikan yang layak, aman, dan inklusif.