KBK.News, MARTAPURA – Meningkatnya angka stunting di Kabupaten Banjar, menjadi salah satu alasan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar menggelar Gerakan Pengukuran dan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting se-Kabupaten Banjar, Senin (11/6/2024).
Kegiatan intervensi serentak tersebut berlangsung di 20 kecamatan dan 13 kelurahan yang ada di Kabupaten Banjar melalui zoom meeting yang terpusat di Posyandu Desa Pasar Kamis, Kecamatan Kertak Hanyar.
Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyie, yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Banjar, didampingi Kadinsos P3AP2KB Banjar, Dian Marliana, mengucap syukur kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
“Melalui gerakan ini diharapkan 100 persen sasaran seperti calon pengantin, ibu hamil juga balita mendapatkan pendampingan dan pelayanan kesehatan yang diperlukan berupa deteksi dini dan edukasi serta intervensi dalam rangka mencegah munculnya kasus stunting baru sehingga Kabupaten Banjar khususnya, bebas stunting dapat terwujud,” ujar Habib Iderus.
Ia juga mengajak semua lintas sektor baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga kelurahan/desa untuk dapat mengawal seluruh sasaran melakukan intervensi sesuai standar agar hasil yang didapatkan akurat serta cakupan layanan yang diterima masyarakat meningkat.
Saat ditanya kecamatan mana yang angka stuntingnya paling tinggi, ia mengatakan “Kasus stunting tertinggi di Kabupaten Banjar ada di Kecamatan Paramasan. Penyebab pastinya dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengimplementasikan pola asuh dan asupan kepada anak,” bebernya.
Sementara itu, Plt Kanwil BKKBN Kalsel Nyigit Wudi Amini yang ikut menyaksikan launching menjelaskan, dari hasil survei kasus stunting di Kabupaten Banjar memang ada kenaikan.
“Terlepas dari angka yang terpenting adalah upaya apa yang dilakukan Pemkab Banjar untuk menurunkan kasus tersebut, sehingga diharapkan di 2024 target-target yang telah ditetapkan bisa tercapai 100 persen,” sebutnya.
“Penyebab stunting itu banyak karena dia complicated seperti tidak tahu cara pengasuhan dan pemberian gizi balita yang baik. Disamping itu terkait masalah asupan kadang ada persoalan kemiskinan, kesediaan bahan pangan termasuk sanitasi,” pungkasnya.