MARTAPURA – Sejak dinaikkan statusnya menjadi siaga bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dan kekeringan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjar setiap harinya lakukan penanganan di beberapa wilayah Kabupaten Banjar, Rabu (13/9/2023).
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banjar Warsita, mengatakan, hingga Rabu (13/9/2023) pagi, data rekapitulasi hotspot atau titik api tercatat 327 yang sudah ditangani oleh tim gabungan.
Dari jumlah tersebut, luasan lahan yang terbakar ada sebanyak 394 hektare serta 2 unit rumah milik warga di Kecamatan Sungai Tabuk ikut terdampak.
“Namun, dua rumah tersebut adalah rumah kosong untuk gudang pertanian, karena disitu bekas lahan transimigrasi,” ujar Warsita.
Ditambahkan, karhutla yang terjadi dengan jumlah ratusan hektare tersebut terjadi di 17 kecamatan yang rawan dan 8 kecamatan diantaranya sangat parah.
Wilayah yang diprioritaskan penanganan oleh pihaknya berada di 8 kecamatan tersebut. Yakni Kecamatan Martapura, Martapura Barat, Astambul, Gambut, Beruntung Baru, Mataraman, Cintapuri Darussalam dan Kecamatan Sungai Tabuk.
“Penanganan oleh tim gabungan diprioritaskan pada karhutla yang posisinya mendekati rumah atau kebun warga,” sebutnya.
Lebih jauh dikatakannya, saat ini banyak dari petani yang sudah melakukan panen terhadap tanaman padinya. Untuk itu ia mengimbau agar petani tidak membakar jerami padinya yang bisa memicu terjadinya karhutla.
“Jangan membakar jerami padi dengan alasan kesuburan tanah, bebas hama dan biaya murah untuk jangka pendek, padahal kedepannya akan boros untuk pemeliharaannya, seperti penggunaan pupuk yang begitu banyak,” jelas Warsita.
Ia menyebut kerugian yang diakibatkan oleh karhutla tidak bisa dihitung, yang jelas asapnya berdampak pada lingkungan dan masyarakat, jadwal penerbangan yang harus delay dan lainnya.
“Tentunya keadaan karhutla di wilayah kita ini banyak dampak negatifnya,” pungkasnya.