KBK.News, MARTAPURA – “Teduh Pikir”, sebuah komunitas yang didirikan oleh pemuda bernama Ali Syahbana, hingga saat ini sudah beranggotakan puluhan pemuda dari wilayah Kabupaten Banjar, Banjarbaru, Banjarmasin, hingga wilayah lainnya, Sabtu (7/12/2024).
Apa itu komunitas “Teduh Pikir”? Teduh Pikir adalah komunitas pemuda yang punya ketertarikan tentang falsafah kehidupan. Kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti hakikat kebenaran.
Apa tujuan komunitas ini? Tujuan terbentuknya komunitas Teduh Pikir adalah Berkembangnya hak istimewa di setiap Individu (Privilege), Mengendalikan diri untuk memimpin Pikiran dan Tindakannya, serta dengan membentuk jaringan kolaboratif yang memfasilitasi Ide, Inovasi, dan Solusi kreatif terhadap tantangan lokal maupun global.
Teduh Pikir telah memiliki 30 anggota aktif, dengan jumlah yang terus bertambah setiap minggunya. Antusiasme tinggi juga datang dari luar Kalimantan, yang mana beberapa pihak meminta komunitas ini mengadakan kegiatan di daerah mereka.
Founder Teduh Pikir, Ali Syahbana, menyampaikan bahwa komunitas ini secara rutin akan menggelar pertemuan di setiap minggu atau 14 hari, hal tersebut dilakukan untuk membangun pemikiran peserta agar bisa lebih baik dalam mengambil suatu tindakan.
“Nah, kalau malam ini kita mengusung tema “Alter Ego: Aku yang Lain”, yang mana secara filosofis berarti sisi lain dari diri kita, atau kepribadian yang berbeda,” ujar Ali Syahbana, Jumat (6/12/2024) malam.
“Melalui tema kali ini, peserta diajak untuk menggali potensi diri dan memanfaatkan sisi ideal masing-masing untuk menunjang kehidupan,” lanjutnya lagi.
Pertemuan dengan peserta ini, lanjut Ali, menekankan bahwa setiap individu memiliki potensi tersembunyi yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan hidup.
“Dengan menggali dan memanfaatkan potensi tersebut, seseorang dapat menjadi versi terbaik dirinya, di mana pun dan kapan pun. Kita berusaha memunculkan sosok ideal dalam diri kita,” sebutnya.
Dalam diskusi tersebut, Founder Muda ini membeberkan bahwa komunitasnya tersebut telah menggabungkan filsafat Timur dan Barat untuk mencapai kesuksesan yang harmonis.
“Filsafat Barat mengajarkan ambisi, sementara filsafat Timur menekankan harmoni. Tanpa keseimbangan, ambisi yang berlebihan bisa membawa kekacauan. Kita berharap peserta menjadi sukses secara batin, fisik, dan karir,” jelasnya.
Untuk selanjutnya, tutur Ali, komunitas ini merencanakan acara yang lebih besar, melibatkan organisasi kepemudaan dan tokoh-tokoh pemuda dari berbagai daerah.
“Harapan kami adalah membangun sumber daya muda yang unggul. Kita harus berani menantang zaman, tidak menyerah, dan terus berjuang. Sumber daya manusia muda ini adalah warisan yang tak ternilai,” tutupnya.