PERAJIN SASIRANGAN BANJAR KEMBANGKAN DESAIN UNIK
Kain Sasirangan adalah sejenis kain yang diberi gambar dengan corak dan warna tertentu yang sudah dipolakan secara tradisional menurut citarasa budaya khas etnis Banjar di Kalimantan Selatan.
Beberapa motif Kain Sasirangan pun telah diakui pemerintah melalui Dirjen HAKI Depkumham RI seperti Iris Pudak, Sari Gading, Jajumputan dan sejenisnya.
Untuk lebih meningkatkan kreativitas perajin, pengusaha dan pekerja Sasirangan di Kabupaten Banjar maka Tim Penggerak PKK Kabupaten Banjar dibawah pimpinan Hj.Raudatul Jannah Khairul Saleh, menggelar Pelatihan Desain Sasirangan yang diikuti 20 orang perajin sejak Rabu (12/6) hingga besok di Aula PKK Kab. Banjar, Martapura.
Raudatul Jannah menuturkan, pelatihan ini merupakan upaya peningkatan pengembangan ketrampilan dalam membuat desain sasirangan agar lebih kreatif dan inovatif tanpa menghilangkan unsur kearifan lokal.
“Artinya disini kita sebagai perajin, pengusaha ataupun pekerja Sasirangan dituntut memahami bagaimana dan seperti apa sejarah sasirangan itu. Demikian pula peruntukannya pada zaman dulu dan sekarang. Sebab sesuai perkembangan zaman tentu berkembang pula desain motif sasirangan,” ujarnya.
Kita sebagai pelaku ekonomi Sasirangan di Kabupaten Banjar harus siap berkompetisi dengan produk sejenis dari luar seperti Sasirangan Banjarmasin, Sumatera Selatan atau Sasirangan Made In China yang harganya jauh lebih murah.
“Belum lagi kita harus berhadapan dengan produk yang serupa tapi tak sama yaitu Batik,” ungkapnya.
Mau tidak mau sebagai perajin atau pelaku ekonomi sasirangan kita harus mampu menyiasati persaingan ini dengan menjaga kualitas dan selalu mampu mengikuti selera pasar.
“Kemasan Sasirangan kita tidak boleh tertinggal,” pesannya. Pemakai atau konsumen harus merasa senang, bangga dan nyaman saat berbusana Sasirangan.
Ketertarikan mereka bisa jadi berasal dari harganya yang terjangkau, motifnya yang unik dan menarik atau kualitas bahan kainnya yang nyaman saat dikenakan.
Inilah yang harus dipelajari bersama – sama,” ujar Raudatul kepada para peserta.
Kita sebagai daerah penghasil harus memiliki ciri khas Kain Sasirangan sendiri sebagaimana Batik Pekalongan, Batik Yogya, Batik Solo, Batik Madura dan Batik Cirebon yang juga memiliki kekhasannya masing – masing.
“Jangan bangga dapat menjiplak desain orang lain,” tegasnya.
Sebaliknya kita harus bangga bila mampu membuat desain sendiri. Dari motif tradisional kita kembangkan. Kita coba sharing. Jiwa seni kita harus terus kita asah.
“Untuk itulah saya mengundang Awang Sasirangan membagikan ilmu dan ketrampilannya dengan bapak/ibu disini,” ujarnya.
Kami memilih Awang Sasirangan karena dia punya desain berbeda daripada desain Sasirangan yang ada di Kertak Hanyar, Gambut, Aluh – Aluh bahkan di Banjarmasin sekalipun. Desain Awang Sasirangan memiliki ciri khas tersendiri.
Raudatul Jannah menghendaki, para perajin Sasirangan di Kabupaten Banjar memiliki ide dan cara berpikir yang dapat mengikuti selera pasar.
Kita jangan malas mengikuti perkembangan pasar. Apakah itu melalui survei langsung ke pasar atau browsing di internet.
Namun untuk desain yang sudah pakem seperti Sari Gading, tetap seperti itu adanya. Hanya kita mendorong kreativitas baru yang dapat memunculkan ciri khas masing – masing perajin. Demikian pula warnanya.
“Mudah – mudahan Awang Sasirangan dapat menularkan idenya,” imbuhnya.
Raudatul Jannah pun berharap, usai pelatihan ini para perajin, pengusaha dan pekerja sasirangan dapat membentuk forum bersama. Manfaatnya yaitu menumbuhkan persaingan yang sehat dan saling memberikan penguatan diantara mereka.
“Semoga kita dapat memasuki pasar global dengan lebih baik,” pungkasnya. (ari)
Visited 15 times, 1 visit(s) today