Donald Trump Tutup Voice Of America (VOA)
KBK.NEWS WASHINGTON, DC – Voice of America (VOA), lembaga penyiaran internasional milik pemerintah Amerika Serikat yang telah beroperasi sejak 1942, dilaporkan menghentikan seluruh operasionalnya setelah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Langkah drastis ini dikaitkan dengan kebijakan Presiden Donald Trump, meskipun belum ada pernyataan resmi apakah penutupan ini bersifat permanen atau hanya pembekuan sementara.
Baru-baru ini, lebih dari 1.300 pegawai, termasuk sekitar 1.000 jurnalis, diketahui telah menerima surat PHK massal. Peristiwa ini menandai berakhirnya siaran VOA kepada publik global, untuk pertama kalinya dalam lebih dari delapan dekade sejarah berdirinya lembaga penyiaran tersebut.
Momen Perpisahan Penuh Haru
Kabar penutupan ini pertama kali mencuat ke publik melalui unggahan menyentuh salah satu jurnalis VOA, Eva Mazrieva, di media sosial. Ia membagikan video singkat yang memperlihatkan suasana hiruk pikuk para pegawai mengosongkan meja kerja, mengemas barang pribadi, dan meninggalkan kantor di bawah pengawasan manajemen.
Dalam unggahannya, Eva menulis, “Setelah 157 hari dirumahkan, hari ini kami diberi waktu satu jam untuk mengambil barang. End of Us? #savevoa.” Unggahan tersebut dengan cepat viral dan memantik gelombang simpati dari ribuan warganet di seluruh dunia.
Kebijakan Trump Bekukan Media Global AS
Dari sisi kebijakan, keputusan ini bermula dari penandatanganan perintah eksekutif oleh Presiden AS Donald Trump yang membekukan US Agency for Global Media (USAGM), badan induk yang menaungi VOA. Trump beralasan bahwa lembaga-lembaga penyiaran internasional AS, termasuk Radio Free Europe/Radio Liberty dan Radio Free Asia, tidak lagi dianggap perlu oleh pemerintahannya.
Kari Lake, seorang pendukung Trump yang ditugaskan memimpin badan tersebut, turut menyatakan bahwa dana hibah federal tidak lagi dianggap melaksanakan prioritas pemerintah. Sementara itu, Gedung Putih menyebut langkah ini sebagai upaya untuk memastikan pembayar pajak AS tidak menanggung apa yang mereka seistilahkan sebagai “propaganda radikal”.
Reaksi Dunia: “Hadiah bagi Musuh AS”
Langkah drastis ini sontak memicu kritik keras baik di tingkat domestik maupun internasional. Direktur VOA, Michael Abramowitz, yang juga termasuk dalam daftar karyawan yang diberhentikan, menyampaikan penyesalannya. Ia menyatakan, “VOA kini tak lagi dapat menjalankan misi vitalnya untuk 360 juta pendengar mingguan di 48 bahasa.”
Reaksi serupa datang dari Direktur Radio Free Europe yang menyebut pemangkasan ini sebagai “hadiah besar bagi Rusia, China, dan para otokrat dunia”. Organisasi internasional Reporters Without Borders mengecam keras kebijakan Trump, menilainya sebagai “ancaman serius bagi kebebasan pers global”.
Di dalam negeri, beberapa anggota Kongres AS dari Partai Demokrat, seperti Gregory Meeks dan Lois Frankel, menilai keputusan ini akan merusak upaya diplomasi informasi Amerika Serikat yang telah berjalan efektif sejak era Perang Dunia II.