
NATO latihan tempur besar-besaran dengan mengerahkan 91 pesawat militer. Manuver aliansi ini juga mempelajari perang Rusia-Ukraina.( Foto Istimewa /US Air Force/Tech. Sgt. Emili Koonce)
KBK News, BRUSSEL– Ancaman konflik berskala besar di Eropa kian nyata.
Sejumlah negara di benua biru kini mengambil langkah serius dengan menerbitkan panduan bertahan hidup, menyelenggarakan latihan penimbunan logistik, serta merancang evakuasi massal untuk warganya.
Mengutip CNN International, Senin (14/4/2025), perubahan mentalitas menjadi perhatian utama para pemimpin Eropa. “Sudah waktunya untuk beralih ke pola pikir masa perang,” ujar Sekjen NATO Mark Rutte dalam forum keamanan di Brussels pada Desember 2024.
Ketegangan meningkat akibat kekhawatiran bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan memperluas konflik di luar Ukraina. Sementara Amerika Serikat, mitra tradisional Eropa dalam keamanan, kini mulai menjaga jarak, membuat negara-negara Eropa bertanya-tanya sejauh mana Washington bersedia terlibat jika NATO diserang.
Penulis* / Editor Iyus
Panduan Darurat dan Perubahan Gaya Hidup
Komisi Eropa telah mengeluarkan imbauan agar setiap warga menimbun makanan dan kebutuhan pokok minimal untuk 72 jam. Hal ini menjadi bagian dari upaya membentuk budaya kesiapsiagaan dan ketahanan sipil.
Jerman, misalnya, memperbarui dokumen “Kerangka Arahan untuk Pertahanan Menyeluruh” pada Juni tahun lalu, yang mengatur strategi warga dalam menghadapi konflik. Sementara Swedia membagikan selebaran bertajuk Jika Krisis atau Perang Datang kepada jutaan rumah tangga. Panduan tersebut berisi informasi teknis, mulai dari sistem peringatan, tempat berlindung, hingga cara menghadapi serangan nuklir dan menangani trauma psikologis.
Finlandia, yang berbatasan langsung dengan Rusia sejauh 1.340 km, telah membangun sistem pertahanan sipil sejak 1950-an, termasuk tempat perlindungan bom di bawah gedung-gedung apartemen dan perkantoran.
Ancaman Nyata dan Kesadaran yang Berbeda
Namun, tanggapan warga terhadap berbagai panduan tersebut belum tentu seragam. Claudia Major dari German Marshall Fund menilai pentingnya meningkatkan kesiapsiagaan tanpa menimbulkan kepanikan.
Ia menekankan pentingnya kesiapan terhadap “zona abu-abu”—agresi tanpa deklarasi perang atau perang hibrida.
Negara-negara Baltik dan Finlandia disebut memiliki “DNA pertahanan” yang kuat akibat pengalaman sejarah dengan Rusia. Sebaliknya, negara seperti Portugal, Italia, dan Inggris, dinilai belum memiliki kesadaran ancaman serupa. Bagi mereka, isu terorisme dan instabilitas dari negara-negara di selatan lebih relevan ketimbang invasi militer dari Moskow.