JAKARTA – Para tokoh dari Kalimantan resmi membentuk Forum Kalimantan Bangkit sebagai wujud keresahan akibat dugaan ketidaknetralan istana dalam urusan Pilpres 2024, Sabtu (20/5/2023).
“Kami ingatkan istana untuk netral dalam pemilu,” tegas salah seorang penggagas Forum Kalimantan Bangkit Dr Subhan Syarief.
Forum Kalimantan Bangkit dibentuk atas gagasan dari sejumlah tokoh diantaranya Dr Subhan Syarief, Dr Uhaib, Cecep Ramadhani, Sulaiman Halim, Ir Anang Rosadi, Sayid Akhmad Fuad, Dr dr Halim SpPD dari Kalimantan Selatan. Kemudian ada Heny Rosiana dari Kalimantan Timur, serta Rico dan Sayidina Aliansyah dari Kalimantan Tengah. Hadir pula perwakilan dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara.
Forum terdiri dari perwakilan tokoh masyarakat, akademisi dan tokoh adat dayak. Deklarasi forum ini dilaksanakan di Al Jazeerah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (20/5).
Deklarasi juga dihadiri para tokoh adat Dayak Meratus Kalimantan Selatan, yakni Anto Stopan, Suan, Sugandi, Subrah, Misdri dan Yulmansyah.
Kepada media, Dr Subhan menegaskan jalan untuk mewujudkan keadilan bagi bagi masyarakat adalah dengan menghadirkan pemimpin yang baik melalui pemilu. Oleh karena itu, Forum Kalimantan Bangkit tegas menginginkan pemilu berjalan jujur dan adil.
“Kami selama ini setia menjadi bagian dari republik, tanah kami sejak puluhan tahun lalu juga telah menjadi penyumbang devisa negara. Kami ingin, negara ini dipimpin oleh figur yang memang diinginkan rakyat bukan diinginkan oleh sekelompok orang yang tidak mau kehilangan kekuasaan. Biar kami rakyat Indonesia yang menentukan siapa pemimpin bangsa ini kedepan, tidak boleh ada siapapun yang intervensi pilihan rakyat,” tegasnya.
Pada kesempatan ini Forum Kalimantan Bangkit juga meminta penyelenggara pemilu untuk tegak lurus melaksanakan prinsip pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Prinsip yang telah lama menjadi jargon pada pemilu-pemilu yang lalu.
“Prinsip ini menjadi pegangan oleh penyelenggara pemilu. Kemudian pemerintah jadilah wasit yang netral,” tegas Subhan.
Forum Kalimantan Bangkit sendiri menurut Subhan, akan terus fokus mengawal gerakan pemilu yang bebas intervensi siapapun. Diharapkan gerakan bisa digaungkan di wilayah Indonesia lainnya.
“Kami siap bersama-sama masyarakat Jawa, Sulawesi, Sumatera, Papua, Maluku, Bali dan yang lainnya untuk sama-sama mengawal pemilu agar bisa menghasilkan pemimpin yang memang pilihan rakyat,” tandasnya.
Sayidina Aliansyah dari Kalimantan Tengah menegaskan, bangsa Indonesia terdiri dari suku, agama, dan etnis yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak boleh ada pihak yang mengkotak-kotakan dan mengklaim kelompok etnis tertentu mendukung capres tertentu.
“Mengatasnamakan etnis tertentu dan menyatakan dukungan kepada capres tertentu ini berbahaya. Bicara etnis, kita sudah hidup di tanah air sejak era kemerdekaan sudah lebih 70 tahun, tidak elok jika masih berpikir sempit hanya untuk kepentingan kekuasaan. Persatuan Indonesia diatas segala perbedaan suku, agama dan etnis,” ungkap Sayidina Aliansyah.
Tokoh Adat Dayak Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Suan menjelaskan pihaknya juga siap mendukung terlaksananya pemilu jujur, adil dan damai. Menurutnya, itu juga menjadi prinsip hidup masyarakat adat.
“Kami telah lama hidup damai bersama alam Meratus, kami juga ingin negeri ini damai, pemilu damai. Dan pesan kami, alam Meratus kita jaga bersama, kami menolak ada kegiatan pertambangan dan perkebunan skala besar,” pungkasnya.