Hari Guru Nasional : Apresiasi kepada Guru Tak Selalu Harus dalam Bentuk Pemberian
KBK.News, MARTAPURA – Dalam refleksi memperingati Hari Guru Nasional, Ali Syahbana pemerhati pendidikan sekaligus anggota DPRD Kabupaten Banjar menyampaikan pandangan yang bernas mengenai makna penghormatan terhadap guru.
Pernyataannya menanggapi edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan yang melarang pemberian hadiah atau bingkisan kepada guru pada momentum peringatan tersebut.
“Selamat Hari Guru kepada seluruh pendidik yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan generasi. Di hari yang bermakna ini, marilah kita renungkan kembali hakikat sejati dari apresiasi terhadap jasa seorang guru,” ujar Ali
Ali menilai bahwa kebijakan larangan pemberian hadiah merupakan langkah yang tepat untuk menjaga martabat, integritas, dan profesionalisme tenaga pendidik.
Namun, lebih jauh dari sekadar kebijakan normatif, ia menekankan pentingnya memahami dimensi moral dan kultural dari bentuk apresiasi yang layak diberikan kepada guru.
“Hadiah yang lahir dari keikhlasan murid memang bernilai simbolis, tetapi penghargaan yang paling luhur tidak terletak pada materi, melainkan pada sikap hormat dan etika yang terinternalisasi dalam keseharian peserta didik. Ketika murid menghargai guru melalui perilaku, kedisiplinan, dan semangat belajar, di sanalah makna apresiasi sejati menemukan bentuknya,” jelas Ali.
Menurutnya, penghormatan kepada guru bukan sekadar ekspresi sesaat dalam perayaan tahunan, tetapi bagian dari kultur sosial yang harus terus dipelihara. Guru, dalam pandangan Ali, bukan hanya pengajar dalam pengertian teknis, melainkan agen moral yang membentuk watak bangsa.
Oleh karena itu, penghargaan terhadap guru tidak boleh direduksi menjadi transaksi simbolik, melainkan harus bersumber dari kesadaran kolektif tentang pentingnya peran mereka dalam membangun peradaban.
“Menjaga etika, menunjukkan sopan santun, serta berkomitmen untuk belajar dengan sungguh-sungguh adalah bentuk terima kasih yang lebih berharga daripada hadiah apa pun. Sebab penghormatan sejati bukanlah apa yang diberikan, tetapi bagaimana kita menempatkan guru sebagai fondasi pembentukan jiwa dan karakter,” ungkapnya.
Ali juga mengajak masyarakat untuk menumbuhkan budaya apresiasi yang tulus dan reflektif, yaitu budaya yang memuliakan guru karena dedikasi, ketulusan, dan keilmuan mereka, bukan karena atribut material yang melekat.
Semangat Hari Guru, menurutnya, harus menjadi momentum untuk meneguhkan kembali nilai-nilai luhur pendidikan sebagai jalan peradaban, di mana guru menjadi simbol kebijaksanaan dan sumber inspirasi moral.
“Selamat Hari Guru Nasional. Semoga para pendidik senantiasa dikaruniai kekuatan, kesabaran, dan penghargaan yang lahir dari keikhlasan hati para murid. Dari sanalah pengakuan sejati terhadap peran guru akan terus tumbuh dan mengakar dalam jiwa bangsa,” tutup Ali Syahbana.

