Sekitar 10 ribu hektare lahan persawahan di Kabupaten Banjar beralih fungsi menjadi lahan non pertanian sebagai dampak dari pesatnya pembangunan perumahan, pertokoan dan pergudangan. Hal ini diduga kuat sebagai penyebab utama produksi padi di Kabupaten Banjar mengalami anjlok, bahkan peringkatnya sebagai lumbung padi di Kalsel turun,yakni dari peringkat 2 menjadi 4.
“Dalam kurun waktu Tahun 2016 hingga 2017 , alih fungsi lahan pertanian di kabupaten banjar mencapai hampir sepuluh ribu hektare,” Jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar M. fachry.
Menurut Fachry, mayoritasalih fungsi lahan terjadi dan dipergunakan untuk pembangunan perumahan berikut sarana penunjangnya. Ia mencontohkan hal ini telah terjadi di tiga desa di Kecamatan Kertak Hanyar , yakni Desa simpang e
Empat, Belayung Baru, dan Desa Pemangkih Laut. Bahkan di Desa Manarap yang dulunya dipenuhi areal persawahan, kini tidak menyisakan satu pun, akibat sudah dialih fungsikan menjadi lahan perumahan penduduk.
Berdasarkan pembaharuan data yang dilaksanakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Banjar, jumlah lahan sawah di daerah ini pada tahun 2016 sebesar 68.645 hektare. Sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan dan menjadi 59.551 hektare
“Alih fungsi lahan ini memang tidak bisa dihindari, akibat bertambahnya jumlah penduduk,serta letak wilayah persawahan di Kabupaten Banjar yang mengelilingi Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.
Pada kesempatan ini Fachry mengakui, bahwa Kabupaten Banjar turun peringkatnya dalam produksi beras dan turun peringkat. Menurutnya berdasarkan data yang dirilis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kal-sel , pada tahun 2016 produksi beras tertinggi dipegang Kabupaten Tapin, disusul Barito Kuala, Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Banjar.
Editor : Syahminan
Penulis : Syahminan