KBK.News, MARTAPURA – Jauh dari kota, kehidupan beberapa warga di RT 03, di ujung Desa Pamatang Hambawang, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, masih belum bisa menikmati listrik dan hanya menggunakan aki mobil untuk penerangan malam hari, Kamis (10/10/2024).
Saat KBK.News menyusuri lokasi, jalan menuju kediaman warga di sebagian RT 03 terlihat sempit dan tidak bisa dilintasi oleh kendaraan roda 4, bahkan, kendaraan roda 2 yang berlawanan arah pun harus bergantian terlebih dahulu melintasi jalan.
Ironisnya lagi, selain sempit, jalan menuju ujung Desa Pematang Hambawang tersebut juga rusak tidak terawat. Bahkan ada beberapa jembatan kecil yang sudah terlihat rapuh. Terlebih, selain menjadi jalan utama beberapa warga, jalan ini juga menjadi jalur pertanian bagi sebagian masyarakat Pematang Hambawang dan sekitarnya.
Pada malam hari, dijalan yang dinamakan Jalan Sungai Bedandan ini juga tidak ada penerangan sama sekali.
Pada tempat tersebut, terdapat kurang lebih 6 Kartu Keluarga (KK) yang bermukim, rata-rata kegiatan warga yakni bercocok tanam padi, beternak bebek dan ayam, serta memanfaatkan ikan yang ada di sungai kecil untuk dipanen.
Samsudin (66) salah satu warga Desa Pematang Hambawang yang sudah puluhan tahun menetap di lokasi ujung desa, mengatakan dirinya bersama keluarga tetap betah walaupun tanpa aliran listrik dan akses jalan menuju pusat desa yang memprihatinkan.
“Karena kan yang jelas saya usaha bertani dan beternak disini, bahkan jalan tani ini juga dipakai oleh desa tetangga, seperti Kaliukan, Pematang Danau, dan Tambak Danau. Oleh karena itulah, walau tanpa listrik kami disini masih bisa menggunakan aki mobil untuk penerangan malam hari,” ujar Samsudin.
Oleh larena itu, lanjut Samsudin, ia sangat berharap pemerintah bisa membangunkan jaringan listrik di tempatnya yang berada di ujung Desa Pematang Hambawang tersebut.
“Tentunya kalau ingin ada listrik kan jalan menuju kesini harus diperbaiki terlebih dahulu. Jalan menuju permukiman kami disini lumayan rusak, dan juga rendah, kalau intensitas hujan tinggi, maka jalan disini bisa banjir dan kami makin bingung bagaimana bisa keluar,” jelasnya.
Didepan rumah milik Samsudin, terdapat langgar (mushola) yang sudah lama tidak dipakai oleh penduduk sekitar.
“Mungkin sudah kurang lebih 5 tahun mushola disini tidak terpakai, karena warganya banyak yang pindah. Padahal anggaran renovasinya dahulu lumayan besar, sekitar Rp 200 jutaan” beber Samsudin.
Harapan yang sama juga disuarakan oleh Halimatus Sadiah (55), meskipun di permukimannya tidak ada jaringan listrik, ia mengaku bersyukur karena masih bisa berkumpul bersama keluarga dirumah yang berisi 4 orang dalam 1 KK, walaupun cuma memakai tenaga aki untuk penerangan.
“Ya, walaupun begitu kami juga berharap semoga disini diberi jatah penerangan, perbaikan jalan, dan jaringan listrik. Dulu disini (RT 03) orangnya tidak sesepi ini, namun sekarang banyak yang pindah karena kondisi jalan yang rusak, tanpa penerangan, dan tidak ada jaringan listrik,” tuturnya.
“Yang saya tau, mungkin karena jalan disini sakit (rusak), makanya PLN tidak bisa masuk untuk menjalurkan listrik ketempat ini,” lanjutnya lagi.
Kedua narasumber KBK.News, diatas sama sama memiliki harapan agar bisa menikmati jaringan listrik sebagaimana yang didapatkan masyarakat luas, namun jalan menuju permukiman mereka terpencil membuat tempat mereka kurang mendapatkan perhatian dari pihak terkait.
Menanggapi hal ini, Pembakal Desa Pematang Hambawang, Baddruzzaman, mengatakan dirinya selaku kepala desa sudah beberapa kali mengajukan proposal ke Pemkab Banjar untuk memperbaiki jalan menuju permukiman warga di ujung RT 03 warga tersebut, namun masih belum ada tanggapan.
“Tentunya, disini kami sudah mengajukan perbaikan ke Pemkab Banjar, semoga dapat diakomodir. Kalau sudah ada jalan, tentunya jaringan listrik bisa sampai masuk ke pemukiman warga disini,” pungkasnya, saat berada dilokasi ujung Desa Pematang Hambawang tersebut.