JAKARTA – Jurnalis Indonesia diundang untuk mengikuti Guillermo Cano World Press Freedom Prize 2022 yang digelar oleh UNESCO, Sabtu (15/1/2022).
Ketua Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Itje Chodidjah, mengungkapkan banyak talenta jurnalistik Indonesia yang berpotensi besar mengikuti ragam kegiatan penghargaan internasional. Hal ini disampaikan dalam Koordinasi Sosialisasi Guillermo Cano World Press Freedom Prize 2022 secara virtual.
Dijelaskan Itje, Guillermo Cano World Press Freedom Prize 2022 merupakan anugerah bagi insan pers yang ditetapkan Dewan Eksekutif UNESCO pada 1997 untuk menghormati Guillermo Cano Isaza, seorang jurnalis Kolombia yang meninggal ketika menjalankan profesinya pada 17 Desember 1986. Anugerah ini, diberikan pada individu, organisasi, atau lembaga yang telah berkontribusi mempertahankan dan memperjuangkan kebebasan pers di seluruh dunia, khususnya yang melibatkan risiko pekerjaan.
“Indonesia memiliki banyak aset insan jurnalistik yang tanpa lelah memperjuangkan kebebasan berekspresi dan berkontribusi pada perdamaian dan toleransi lewat media massa,” ucap Itje, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Sabtu (15/1/2022).
lam Koordinasi Sosialisasi Guillermo Cano World Press Freedom Prize 2022 secara virtual, Jumat (14/1) tersebut, Itje menyebutkan, KNIU berkomitmen menyebarkan ragam informasi dari UNESCO untuk kebaikan dan perkembangan dunia pendidikan, termasuk sektor informasi dan media di Indonesia.
Menyoal tata cara pendaftaran bagi jurnalis yang berminat, Itje mengungkapkan, “Siapa pun yang mendaftar, ada nominatornya (pihak yang mengusulkan). Di Indonesia, dapat dilakukan lewat komite nasional masing-masing negara, dalam hal ini KNIU, atau organisasi kemasyarakatan dan nonprofit internasional, regional, serta organisasi nonprofit yang aktif dalam bidang jurnalisme,” ucap Itje.
Itje menambahkan, para jurnalis juga harus melengkapi data diri pribadi, melampirkan berkas karya-karya jurnalistik, melengkapi biografi singkat dan pernyataan motivasi, dan foto diri. “Kalau yang mendaftar organisasinya, maka harus melampirkan statuta keabsahan organisasinya,” tuturnya. Adapun tenggat kandidat menyampaikan pendaftaran ke KNIU adalah 4 Februari 2022 mendatang.
Jurnalis yang berminat dapat mengisi formulir nominasi (nomination form) yang dapat diunduh pada tautan https://en.unesco.org/sites/default/files/wpfp_nominationform_2022.pdf serta mengirimkan dokumen pendukung yang dibutuhkan melalui surel ke kniu@kemdikbud.go.id dan incu.moec@gmail.com. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi gita.kniu@gmail.com. Informasi lengkap dapat mengakses tautan https://en.unesco.org/news/unesco-seeking-nominations-unescoguillermo-cano-world-press-freedom-prize-2022.
Selanjutnya, ditambahkan Itje, pada 5 hingga 14 Februari mendatang, KNIU akan berkoordinasi dengan Dewan Pers untuk menentukan tiga terbaik perwakilan Indonesia, dan tanggal 15 Februari sudah dapat didaftarkan ke Kantor UNESCO pusat.
Merespons hal tersebut, Tenaga Ahli Dewan Pers, Stefi, yang hadir pada sosialisasi ini menyambut baik inisiatif KNIU. Dirinya akan turut menyosialisasikan informasi anugerah ini kepada Dewan Pers.
Itje berharap, para jurnalis Indonesia dapat mendaftarkan diri dan mengikuti kegiatan ini. Anugerah diberikan setiap tahun bertepatan dengan Hari Kebebasan Pers Sedunia setiap 3 Mei, dan berhadiah sebesar 25 ribu dolar AS dan sertifikat serta benda perlambang penghargaan bagi satu orang penerima penghargaan (laurate). Tahun ini, penghargaan ini akan ditandai upacara global di Punta del Este, Uruguay, 3 Mei 2022 mendatang.
Pemenang hadiah, jika dimungkinkan, diminta memberi kuliah tentang topik yang berkaitan dengan karyanya saat upacara pemberian hadiah. Adapun penghargaan ini didanai the Guillermo Cano Isaza Foundation dari Kolombia, the Helsingin Sanomat Foundation dari Finlandia, Namibia Media Trust and Democracy, dan Media Foundation Stichting Democratie and Media. Penghargaan ini digelar setahun sekali.
Pada 2021, peraih Penghargaan Guillermo Cano adalah jurnalis dan salah satu pendiri perusahaan media independen Rappler, asal Filipina, Maria Ressa, yang telah berkiprah sebagai jurnalis investigasi selama 30 tahun. Maria juga memeroleh Penghargaan Nobel Perdamaian 2021, sekaligus menjadi perempuan Filipina pertama yang pernah memenangi kategori ini.
“Saya yakin, jurnalis hebat seperti Maria Ressa di Indonesia ada banyak. Saya terinspirasi ketika menonton pidato beliau. Maka, kami ingin menyosialisasikan kepada Dewan Pers. Saya melihat, kita punya potensi mengikuti anugerah ini,” pungkas Itje.
KNIU merupakan lembaga yang didirikan berdasarkan mandat Konstitusi United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang mewajibkan setiap negara membentuk sebuah komite nasional. Sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mewadahi keberadaan KNIU di Indonesia.