Kurangnya kepedulian terhadap sejarah dan peninggalan sejarah di daerah dan ditambah dengan kurangnya tenaga ahli peneliti sejarah atau arkeologi mengakibatkan banyak situs serta Peninggalan bersejarah tidak terpelihara, hingga diantaranya terancam punah (12/7/2018).
“Balai arkeologi Banjarmasin yang berada di Kota Banjarbaru hanya memiliki 12 orang peneliti arkeologi yang melayani seluruh penelitian sejarah atau arkeologi di lima provinsi di Pulau Kalimantan, Jumlah peneliti ini terbilang sedikit mengingat luasnya sebaran daerah yang menjadi pusat penelitian Balai Arkeologi Banjarmasin,” kata Peneliti Madya Balai Arkeologi Banjarmasin Sunar Ningsih (24/6/2014).
Hal ini ia ungkapkan disela melakukan penggalian tanah disekitar bekas reruntuhan bangunan peninggalan penjajahan Belanda di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar . Menurutnya, tidak semua masyarakat atau pemerintah daerah peduli dengan peninggalan sejarah yang ada didaerahnya dan itu terlihat dengan ditemukannya peninggalan sejarah yang rusak atau musnah akibat tidak mendapat perhatian .
Sunar Ningsih menegaskan biasanya Balai Arkeologi Banjarmasin diminta Dinas Kebudayaan Parawisata, Pemuda dan Oahraga untuk melakukan penelitian Arkeologi, seperti diminta Dinas Kebudayaan Parawisata Dan Olahraga Kabupaten Banjar . Menurut Peneliti Madya ini, sekarang Balai Arkeologi Banjarmasin sedang melakukan penelitian di beberapa titik di Kabupaten Banjar yang diduga punya nilai sejarah perkembangan masyarakat Banjar sejak zaman Kerajaan Banjar hingga masa Penjajahan Belanda.
Editor :
Penulis :