Kantor Berita Kalimantan

Kehancuran Sungai di Kalimantan Selatan

Tanjung – Perambahan hutan berupa penebangan pohon dan pertambangan, serta pola hidup masyarakat yang tidak bersih hancurkan sungai san kotori airnya.

Mulai dengan Sungai Tabalong di Kabupaten Tabalong Hingga Sungai Martapura Di Kabupaten Banjar warna airnya dalam 15 sampai 20 tahun tahun terakhir ini hampir tidak pernah terlihat jernih dan bening, namun selalu berwarna coklat. kemudian hal ini menjadi pertanyaan apa yang menjadi penyebabnya. Hal ini kemudian diperparah dengan banyaknya sampah atau limbah dari rumah tangga yang hanyur diatasi sungai, bahkan juga sampan plastik yang sangat sulit terurai.

Sungai juga menjadi tempat berkembangnya bakteri ekoli dan airnya juga bahkan terkontaminasi zat beracun seperti merkuri.

Sekitar lebih dari 20 tahun yang lalu kalaupun ada sampai yang hanyut di sungai biasanya hanyalah pohon dan ranting ,serta enteng gondok. Kalau sekarang hampir semuanya melintas dan hanyut diatasi sungai,misalnya dari sisa limbah rumah tangga, bahkan dari berbagai jenis usaha masyarakat dan industri.

Mengenai mengapa warna air sungai tidak pernah bening atau jernih lagi, menurut hasil pengamatan banyak orang,bahkan pengamat warna coklat tersebut akibat erosi atau pengikisan oleh air akibat rusaknya hilangnya daerah resapan air. Penebangan pohon, pembalakan liar dan pertambangan dituding sebagai faktor utama penyebabnya.

” Wayahini batang banyu kada banyunya kada barasih lagi, mun bahari banyunya gin jaranih banar, ” ujar Subli Warga Kota Tanjung, Tabalong.

Subli mengungkapkan ketika ia masih anak-anak Sungai Tabalong masih bersih dan bisa di lalu Kapal Motor jenis Klotok untuk berbagai keperluan,seperti untuk membawa barang dan penumpang. Kapal tersebut punya pelabuhan di Kota Tanjung, yakni di Ujung Murung. Namun, itu terjadi sekitar tahun 60- an dan awal 70- an.

Kala itu ceritanya, banyak batang kayu-kayu log dihanyutkan diatas sungai dan dirakit untuk industri. Para pekerja yang melakukan penebangan pohon kebanyakan berasal dari Filipina.

Persoalan seperti ini juga tidak berbeda jauh dengan kondisi Sungai di Banjarmasin yang dialiri Sungai Martapura. Sungainya tidak lagi bersih, dan hampir tak pernah lagi berwarna bening serta jernih seperti dahulu. Selain itu,tidak sedikit di daerah ini, nama sungai hanya tinggal nama,dan sungainya sudah hilang entah kemana.

Kemudian di Tanjung, Kabupaten Tabalong tidak sedikit anak sungai digunakan oleh para petani karet untuk menimbum dan merendam karet hasil sadapan mereka. Padahal karet tersebut telah melalui proses kimia. Selain itu air limbahnya terus mengalir ke Sungai Tabalong.

Exit mobile version