Site icon Kantor Berita Kalimantan

Ketua DPC Gerindra Kabupaten Banjar Diduga Bermain Dua Kaki di Pilbup Banjar 2024

Ketua DPRC Banjar H Muhammad Rofiqi saat wawancara dengan awak media. (Foto : Rizal)

KBK.NEWS MARTAPURA – Diduga Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Banjar Muhammad Rofiqi melakukan manuver bermain ‘Dua Kaki’ di Pilbup Banjar 2024,Senin ( 26/8/2024).

Tidak sedikit masyarakat menilai Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Banjar melakukan banyak manuver politik untuk Pilkada Kabupaten Banjar 2024. Manuver politik itu diantaranya dengan mengeluarkan pernyataan Gerindra mendukung Syaifullah Tamliha – Antung Aman, namun hal tersebut tidak terjadi.

Manuver politik Ketua DPC Partai Gerindra berikutnya mendukung penuh H Syaifullah Tamliha berpasangan dengan dokter Diauddin dan itu juga tidak terjadi. Fakta yang terjadi justru Partai Gerindra akhirnya berlabuh mendukung Pasangan Saidi Mansyur – Habib Idrus Alhabsy untuk Pilbup Banjar 2024 dan terbukti saat penyerahan B1 KWK.

Nanang, warga Kota Martapura yang berada di perantauan di Surabaya melihat manuver politik Ketua DPC Gerindra Kabupaten Banjar tersebut adalah bermain politik dengan memasang ‘Kaki Dua’. Langkah bermain di ‘Dua Kaki’ tersebut juga dilakukan Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Banjar saat Pilkada Kabupaten 2020.

” Kita semua masih ingat, pada Pilkada Kabupaten Banjar 2020 Partai Gerindra mengusung siapa dan faktanya kemana?,” jelas Nanang, Senin (26/8/2024).

“Saya menilai H Muhammad Rofiqi itu licin berpolitik. Ibarat belut yang sudah licin kemudian dipoles lagi dengan oli,” ujarnya.

Sementara itu pemerhati politik dan hukum Fikri Hadin saat ditanyakan apakah wajar dilakukan politik ‘Dua Kaki’ itu dilakukan? Ia menilai secara analisa akademis tidak wajar. Seharusnya partai itu mengusung kadernya sendiri saat pilkada dengan mempertimbangkan juga tingkat elektabilitas sang kader. Namun, jika tidak mengusung kader partai sendiri, maka yang terjadi adalah politik pragmatis.

“Kalau ditanya wajar atau tidak wajar, ya harusnya (Main dua kaki – red) tidak wajar, harusnya tidak wajar. Namun kalau ideologi partai tidak menjadi cerminan partai, maka sifat pragmatisme muncul sehingga menjadi wajar,” beber Fikri.

Fenomena parpol gagal mengusung kader partai sendiri di Pilkada tersebut, kata Fikri, sudah sejak puluhan tahun yang lalu. Fikri juga mempertanyakan juga terhadap Partai Gerindra Kabupaten Banjar kenapa bukan kader Gerindra sendiri yang maju, padahal pemenang pemilu dan jadi Ketua DPRD lagi.

” Jadi pertanyaan mengapa bukan kader Partai Gerindra sendiri yang maju (diusung -red) padahal di DPRD Banjar posisi sebagai Ketua,” pungkas Fikri Hadin.

Exit mobile version