KBK.News, MARTAPURA – Jelang panen. Cabai di Pingaran Ulun, Astambul malah banyak kering dan membusuk. Alhasil, sehingga harga cabai di pasar tradisional naik hingga Rp 70 ribu per kilogram nya, Selasa (30/7/2024).
Hal tersebut disampaikan oleh petani cabai dari Desa Pingaran Ulu Almadi. Ia menyampaikan musim kemarau yang melanda dalam kurun waktu sebulan terakhir membuat mata pencaharian utamanya menurun pendapatannya.
“Tidak ada hujan selama sebulan ini, akhirnya terserang hama patek. Tak sebanding dengan modal beli pupuk, pestisida dan tenaga. Dulu, sekali panen itu bisa dapatkan 45kg – 50kg yang dijual langsung ke tengkulak di Pasar Sekumpul,” ujar Almadi.
Almadi membeberkan, pada lahan seluas 15 meter x 100 meter persegi yang ditanami cabai rawit tanjung itu, menurut dia, merugi.
“Pasalnya, sebelum masa panen komoditas tersebut sudah mengalami pembusukan. Ditambah, nilai pendapata pun anjok,” bebernya.
“Kalau kondisinya normal ya bisa dapat Rp1,8 juta kalau harga per kilonya Rp40.000 jika dikalikan 45 kg. Faktornya ya karena musim panas, ya susah dapat cabai sebanyak itu kalau dimusim ini,” lanjutnya lagi.
Meski harga cabai rawit makin ‘pedas’, kondisi ini pun tak membuat dia gembira, justru makin lesu. Selain merugi, faktor lain yang membuat menjadi dirinya dilema selama ini adalah tak masuk dalam Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) di wilayahnya.
“Saya tidak tahu caranya bagaimana, tidak pernah dapat sosialisasi juga,” ucapnya.
Sementara itu, Zainab selaku pedagang di pasar tradisional Martapura, juga merasakan dampaknya. Ia menganggap bahwa konsumen berpikir dua kali untuk membeli komoditas cabai ini karena harga yang naik drastis.
“Sebelumnya, memang konsumen membeli sekilo diharga normal Rp40.000 – Rp50.000. Sekarang hanya setengah dengan harga sekilo Rp70.000,” pungkasnya.