KBK.News, MARTAPURA – Perayaan perpisahan siswa SMAN 1 Sungai Tabuk di klub malam Hexagon Banjarmasin menuai kontroversi dan kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk dari kalangan akademisi. Reja Fahlevi, Pemerhati Pendidikan sekaligus dosen di Universitas Lambung Mangkurat (ULM), angkat bicara terkait fenomena tersebut, Minggu (11/5/2025).

Saat dihubungi KBK.News, Reja mengaku menyayangkan keputusan pelaksanaan acara perpisahan di tempat yang menurutnya kurang pantas dari sisi etika publik.

“Memang sudah ada surat imbauan dari Dinas Pendidikan Kalsel agar acara perpisahan tidak dilakukan secara berlebihan, apalagi sampai memberatkan orang tua. Tapi yang perlu digarisbawahi, dinas sebenarnya sudah melarang kegiatan yang berlebihan seperti ini,” ujar Reja, Sabtu (10/5/2025) malam.

Ia menilai, pelaksanaan acara di klub malam jelas melewati batas kewajaran. Menurutnya, Hexagon masih memiliki stigma negatif di masyarakat, seperti identik dengan aktivitas dugem, minuman beralkohol, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan dunia pendidikan.

“Yang menjadi persoalan adalah kenapa acara sekolah bisa digelar di sana? Secara moral dan etika, ini jelas dipertanyakan. Acara itu membawa nama sekolah dan lembaga, maka seharusnya pihak sekolah tidak hanya menyerahkan sepenuhnya kepada siswa,” tegasnya.

BACA JUGA :  Polemik Pilkada Banjarbaru 2024 Menurut Pandangan Akademisi ULM

Reja menekankan pentingnya peran sekolah dalam mengawasi dan mengintervensi konsep acara perpisahan. Ia menilai, dalam kasus ini, pihak sekolah terkesan lepas tangan.

“Sekolah seharusnya bisa mengontrol dan menentukan tempat serta konsep acara. Ketika dibiarkan, maka secara tidak langsung siswa diperkenalkan pada tempat yang kurang mendidik,” tambahnya.

Ia juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang terhadap perilaku siswa. Ada potensi munculnya ketertarikan siswa untuk kembali ke tempat serupa di luar kegiatan sekolah.

Lebih lanjut, Reja menyerukan adanya sinergi antara pihak sekolah, komite, wali murid, serta lingkungan sekitar. Ia juga menekankan pentingnya pengawasan orang tua terhadap perilaku anak.

“Orang tua jangan sampai kecolongan. Bahkan pemerintah bisa turun tangan lebih tegas dengan mengeluarkan larangan tertulis terkait pelaksanaan kegiatan sekolah di tempat yang berkonotasi negatif di masyarakat,” pungkasnya.