Site icon Kantor Berita Kalimantan

Paman Birin Bantu Kelancaran Haul Ke-216 Datu Kalampayan Sampai Ke Dapur Umum

MARTAPURA – Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor atau yang akrab disapa Paman Birin turut memasak nasi samin di dapur umum Haul Ke-216 Datu Kalampayan, Sabtu (7/5/2022).

Guna memastikan kesiapan pelaksanaan puncak Haul Ke-216 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan, Gubernur Kalsel H Sahbirin turun langsung memantau ke lapangan, Sabtu (7/5/2022). Selain itu juga Gubernur Kalsel yang akrab disapa Paman Birin turut membantu panitia yang bekerja memasak nasi samin di dapur umum.

Kegiatan Paman Birin di dapur umum ini terlihat di sebuah video yang beredar di jejaring sosial. Ia terlihat sudah bisa menggunakan tangannya yang sebelumnya terlihat cedera untuk mengaduk nasi samin di kawah besar.

Gubernur Kalsel Ikut Memasak Di Dapur Umum Haul Ke-216 Datu Kalampayan.

Terkait dengan kegiatan Gubernur Kalsel di Haul Ke-216 Datu Kalampayan di Desa Dalam Pagar Martapura dan Desa Kalampayan ini dibenarkan Plt Kadis PUPR Kalsel, Ahmad Solhan yang mengikuti kegiatan Paman Birin.

“Ya Pak Gubernur memang turun langsung melihat persiapan puncak Haul Ke-216 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan. Paman Birin memang suka membaur dengan warga, termasuk juga dengan petugas di dapur umum, bahkan beliau ikut memasak nasi samin,” ungkapnya singkat.

Haul Datu Kalampayan mudah sekali diingat, yakni selalu digelar di awal Bulan Syawal atau seusai Hari Raya Idul Fitri. Datu Kalampayan atau Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan ulama besar asal Tanah Banjar dan pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang ajarannya dipakai para ulama di Indonesia, bahkan Asia Tenggara sebagai salah satu rujukan ilmu fiqih.

 

Kitab Sabilal Muhtadin ditulis Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atas permintaan Sultan Tahmidullah bin Sultan Tamjidullah pada tahun 1193 H/1779 M. Naskah aslinya terdiri atas 4 jilid, namun edisi cetaknya 2 jilid, yang membahas tentang Fiqh Ibadah bermazhab Syafi’i. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu agar mudah dipahami oleh rakyat Banjar pada saat itu. Untuk mukaddimah digunakan bahasa Arab dan Melayu, selesai ditulis pada Ahad 27 Rabiul Awwal 1195 H/1781 M.

Exit mobile version