Kantor Berita Kalimantan

Pasar Tradisional Pasar Rakyat Yang Semakin Terkikis Pasar Moderen

Pasar-pasar tradisional masih tetap hidup ditengah serbuan pusat pertokoan moderen seperti mall, supermarket dan sejenisnya.

Saat ini memang ditemui sejumlah keluhan sebagian pemilik toko kelontongan atau kios-kios kecil akibat serbuan pertokoan besar seperti Alfamart, Indomaret dan 888 ke kampung-kampung diberbagai kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Kemudian juga telah berdiri juga sejumlah mall dan pusat pertokoan moderen lainnya, sehingga hal tersebut suka atau tidak suka juga berpengaruh kepada usaha dagang para pengusaha kecil yang ada disekitarnya.

Masniah salah seorang pemilik kios yang telah berdagang puluhan tahun di kawasan Sungai Lulut Kabupaten Banjar mengatakan, pasca masuknya pertokoan moderen usahanya sedikit demi sedikit mengalami penurunan

“Yah, setelah maraknya pertokoan moderen hadir di sekitar wilayah kami, seperti Alfamart, Indomaret, dan satu lagi 888 itu, usaha dagang kelontongan mulai turun, kami kalah bersaing ,terutama soal harga,”ujarnya.

Namun, Masniah mengakui usahanya tetap hidup, hanya saja tidak seramai sebelum masuknya pertokoan moderen tersebut dalam beberapa tahun ini. Ia mengaku hanya bisa pasrah melihat kondisi ini, karena ia tidak tahu harus berbuat apa, sebab pemerintah sudah memberikan izin terhadap usaha pertokoan moderen hingga sampai ke daerahnya di Sungai Lulut, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

Selanjutnya pasar tradisional seperti pasar yang digelar setiap Hari Sabtu di Sungai Tabuk ,hingga kini masih ramai dengan para pedagang dan pembeli. Beraneka barang dagangan dijual dipasar tradisional ini mulai dari kebutuhan pokok seperti beras, ikan, pakaian, alat bangunan dan bahkan alat elektronik ramai dijual dipasar ini. Ribuan pembeli dan ratusan pedagang memadati kawasan pasar tradisional ini.

Para pedagang dan pembeli dipasar tradisional ini tidak sedikit datang kepasar masih menggunakan sarana transportasi tradisional juga,yakni perahu (jukung) dan perahu motor jenis kelotok atau yang lebih populer disebut naik sabura atau perahu katinting.

Haji Sabran salah seorang pedagang di pasar ini yang menjual aneka kebutuhan rumah tangga seperti bawang merah,bawang putih , gula pasir, gula merah, beras dan aneka bumbu dapur mengatakan, usaha mereka masih tetap lancar dan ramai, tetapi yang lebih ramai pada Hari Sabtu, karena ini pasar mingguan tradisional.

“Matan bahari pasar di Hari Sabtu di Sungai Tabuk nih nang rami, nang bajualan banyak nang datang batutukar banyak jua, apalagi pas tanggal anum atawa parak hari raya,” ujarnya dalam Bahasa Banjar.

Selanjutnya Rusmiati salah seorang pemilik warung teh dan kopi disekitar pasar tradisional Sungai Tabuk menyatakan, ada sedikit penurunan para pembeli yang datang ke pasar ini dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, yang mengakibatkan terjadinya penurunan ini bukan karena ada pertokoan moderen, tapi karena sejumlah pasar -pasar kecil telah dibuka oleb masyarakat sendiri disekitar desa-desa dan handil-handil yang ada di Kecamatan Sungai Tabuk dan sekitarnya. Menurutnya hal itu juga diakui sebagian besar para pedagang di pasar tradisional mingguan ini.

“Yang mengakibatkan menurunnya jumlah pembeli ke pasar tradisional ini, menurut saya dan sebagian pedagang lainnya, bukan karena adanya pertokoan moderen, tapi karena sudah banyak pasar -pasar kecil, diantaranya pasar-pasar tungging (pasar malam) yang buka dan langsung disekitar pemukiman warga desa,” jelasnya.

Editor :
Penulis :

Exit mobile version