Pedagang bunga musiman untuk keperluan ziarah atau nyekar ke makam pada Hari Raya Idul Fitri 1441 ramai pembeli meski tidak seramau sebelum wabah virus corona atau Covid-19 (25/5/2020).
Para pedagang bunga musiman ramaikan Hari Raya Idul Fitri 1441 di sejumlah titik di Kabupaten Banjar dan Banjarbaru. Para penjual bunga untuk keperluan ziarah atau nyekar ke makam ini mendapat rejeki lebih dibanding hari biasa.
Pada setiap jelang lebaran atau tepat di Hari Raya Idul Fitri banyak masyarakat yang berziarah ke makam keluarga atau sanak kerabat. Sebagai alat kelengkapan berziarah biasanya masyarakat menaburkan sejumlah aneka bunga atau kembang diatas makam.
Kebiasan ini sudah menjadi tradisi sebagian besar masyarakat di Indonesia dan tidak terkecuali di Kalimantan Selatan. Misalnya, masyarakat di Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar.
Terkait hal itu usaha masyarakat menyediakan aneka kembang untuk keperluan ziarah atau nyekar di makam ini menjadi tetap berjalan dengan baik. Seperti, para petani bunga dan para pedagang yang ada di kawasan Desa Jingah Habang, Labuan Tabu, dan Mali Mali, di Kabupaten Banjar.
Para penjual bunga yang berasal dari Desa Labuan Tabu, misalnya sejak Hari Jumat atau H-2 sudah ramai menjual bunga untuk keperluan berziarah ke makam. Mereka menjual bunga ini ditepi jalan, terutama yang dekat dengan kuburan muslimin.
Ahyani (30) Warga Desa Labuan Tabu, Kabupaten Banjar yang berjualan bunga di sekitar Simpang 4 Jalan Gubernur Syarkawi, Sungai Tabuk mengatakan, ia hanya penjual bunga musiman.
“Saya berjualan bunga ini hanya usaha musiman, misalnya seperti sekarang pada momen Hari Raya Idul Fitri 1441 H,” jelasnya (25/5/2020).
Menurut Ahyani, usaha menjual bunga pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini hasilnya cukup lumayan. Namun, kalau dibanding tahun sebelumnya memang penjualan bunga agak turun.
“Saya berjualan bunga ini bersama dengan istri saya, tetapi kami berbagi tempat atau lokasi berjualan. Alhamdulillah ada usaha berjualan bunga ini, sehingga ekonomi keluarga bisa terbantu,” terangnya.
Pemuda yang sudah berkeluarga ini mengungkapkan, usahanya sehari-hari adalah sebagai buruh bangunan. Tetapi, sejak pandemi Covid-19 jarang sekali ada pekerjaan pembangunan rumah yang memerlukan buruh.
“Sebagai buruh bangunan saat ini saya rasa kesulitan juga, sebab sejak pandemi Covid-19 jarang sekali ada pekerjaan yang memerlukan buruh,” pungkasnya.
[penci_related_posts title=”Berita Menarik Lainnya Klik Saja Dibawah Ini” number=”6″ style=”grid” align=”none” displayby=”recent_posts” orderby=”random”]
[URIS id=25025]