Iberamsyah Barbary di kalangan budayawan, sastrawan, dan seniman bukan nama yang asing di Kalimantan Selatan. Sebab, kakek yang dari beberapa orang cucu ini sudah beberapa kali menulis buku dan memperkaya literatur sastra di Indonesia. Ia telah aktif menulis sejak awal tahun 70 -an dan karya tulis telah menghiasi media cetak di Kalimantan Selatan.
Aneka bentuk karya tulis yang telah ia buat, diantaranya pantun, puisi, cerpen, bahkan gurindam. Dengan karya sastranya tersebut telah mengangkat namanya dan serung diundang untuk mengikuti pertemuan para sastrawan,hingga ke luar negeri.
Pria kelahiran Kandangan, Hulu Sungai Selatan ini meski sudah memasuki usia 70 tahun, namun tetap produktif menulis dan yang baru pada awal tahun 2018 ini melakukan peluncuran buku yang otobiografi perjalanan hidupnya sejak masa kecil,hingga sampai sekarang.
“Buku yang saya beri judul Madam ini menceritakan riwayat perjalanan hidup saya yang berat dan panjang, serta hidup yang sering berpindah-pindah tempat tinggal, karena untuk terus bertahan hidup dan ingin hidup lebih baik,” paparnya.
Madam menurut Iberamsyah Barbary bukan berasal dari bahasa asing, tetapi Bahasa Banjar yang artinya pergi merantau. Buku otobiografi ditulis dan disiapkannya selama 4 tahun dan terdiri dari 500 halaman. Selanjutnya didalam buku ini juga menceritakan bagaimana ketabahan, keuletan seorang ibu dalam mengasuh dan membesarkan putranya Iberamsyah Barbary kecil, hingga harus madam atau pergi keluar dari kampung halaman demi mencari kehidupan lebih baik atau seperti hijrah dari satu kota ke kota lainnya.
Berikut ini beberapa hasil karya tulis Iberamsyah Barbary, antologi puisi serumpun ayat – ayat tuhan, kumpulan sajak asmaul husna, balahindang sakumpul sapalimbaian, kumpulan cerpen, serta buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam.
Editor :
Penulis : Syahminan