CARA MEMAHAMI PRAKTIK PENCUCIAN UANG HASIL KEJAHATAN
Pada masa sekarang sudah banyak orang yang tahu bahwa istilah money laundering (“pencucian uang”) dan dirty money (“uang kotor”) sangat erat sekali hubungannya. Keduanya, bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Uang kotor ini, yang adakalanya juga disebut dengan istilah “uang haram”, diperoleh pelakunya dengan cara melawan hukum seperti mencuri, merampok, memproduksi dan menjual narkoba, menipu, korupsi, dan sebagainya. Agar supaya aparat penegak hukum tidak mencurigai uang kotor itu berasal dari hasil tindak pidana, maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pelakunya ialah melakukan praktik pencucian uang, misalnya dengan membeli saham atau properti, untuk membuat uang kotor itu nantinya menjadi seolah-olah bersumber dari suatu kegiatan usaha yang sah.
1. Perkataan money laundering dan dirty money ini cukup jelas memperlihatkan bahwa “bahasa manusia” tidak selalu bersumber dari rasio (akal pikiran). Karena, menurut Ernst Cassirer, di samping “bahasa konseptual” ada juga “bahasa emosional”, dan di samping “bahasa logis” (bahasa ilmiah) ada juga “bahasa puisi”. Bahasa manusia pertama-tama bukanlah ekspresi pikiran atau gagasan, melainkan ekspresi perasaan-perasaan, afeksi- afeksi. Lebih jauh Epiktotes mengatakan bahwa “yang menggangu dan menggelisahkan manusia bukanlah benda-benda, melainkan opini-opini dan angan-angan tentang benda- benda itu”. “Kata-kata” (bahasa manusia) tidak dimaksudkan untuk mengekspresikan sifat benda-benda karena “kata-kata” cenderung tidak memiliki korelasi objektif. Tugas pokok dari “kata-kata” bukanlah untuk melukiskan benda-benda dan juga bukan untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran, melainkan untuk membangkitkan emosi-emosi manusia dan mendorong manusia agar mengambil tindakan-tindakan tertentu.
2 . Dalam hal ini, tidak terkecuali perkataan money laudering dan dirty money.
Memang, kita tidak perlu merasa bersalah karena berkhayal memiliki uang segunung pada suatu hari nanti, agar semua keinginan terpenuhi dan membuat diri kita merasa senang setelah memiliki harta kekayaan berlimpah. Namun masalahnya adalah bagaimana cara memperolehnya? Kalau ternyata semua impian kita itu tidak terwujud kelak, meskipun telah diusahakan dengan berbagai macam cara, tetapi jangan pernah mengatakan: “Itu karena (gara-gara) uang!!”. Sekali lagi, kita jangan pernah sekalipun mengutuk uang, sebab uang tidak bisa berbuat apa-apa. Uang adalah benda mati, yang hanya bisa “hidup” (berguna) bila uang sudah berada dalam “genggaman” manusia.
Source: PPATK , NET