KBK.News, MARTAPURA – Sektor perikanan budidaya di Kabupaten Banjar tengah menghadapi ujian berat. Penurunan debit air secara drastis di sejumlah kawasan, terutama di aliran Sungai Riam Kanan, Kecamatan Karang Intan, berdampak langsung terhadap kualitas air dan kelangsungan hidup ikan di keramba, Kamis (12/6/2025) 

Kepala Bidang Budidaya Perikanan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Banjar, Bandi Chairullah, mengungkapkan bahwa pemantauan terbaru menunjukkan sejumlah parameter kualitas air yang mengkhawatirkan.

Salah satu dampaknya adalah menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan, yang menjadi penyebab utama kematian massal ikan.

“Hingga Kamis sore (12/6/2025), tercatat lebih dari dua ton ikan ditemukan mati. Jenis ikan yang paling terdampak adalah nila, disusul oleh bawal,” ujar Bandi.

Menurutnya, salah satu faktor pemicu adalah kepadatan ikan dalam keramba yang tinggi tanpa penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Hal ini memperburuk kekurangan oksigen di dalam air.

BACA JUGA :  HUT ke-9 RAPI di Desa Biih Karang Intan Berlangsung Meriah

“Dalam beberapa kasus, ikan yang mati juga tidak segera diangkat dari keramba, yang kemudian menyebabkan peningkatan kadar amoniak dan berkembangnya bakteri. Ini mempercepat kematian ikan lainnya,” jelasnya.

DKPP sebelumnya telah mengeluarkan imbauan kepada para pembudidaya agar mewaspadai perubahan cuaca dan menyesuaikan pola budidaya. Imbauan tersebut disampaikan melalui surat resmi, siaran radio, media sosial, hingga kunjungan langsung ke lapangan.

Bandi menekankan pentingnya respons cepat dan adaptif dalam menghadapi situasi semacam ini. Ia juga berharap insiden ini bisa menjadi pembelajaran berharga bagi para pelaku usaha perikanan di daerah.

“Kami memahami situasi ini berat, tapi mari jadikan pengalaman ini sebagai titik balik untuk meningkatkan kewaspadaan dan manajemen budidaya yang lebih baik. Jangan menyerah, terus berusaha, dan tetap berpikir positif,” tutupnya.