KBK.News, SUKOHARJO – Tiga puluh tiga tahun setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 2 Maret 1992, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) resmi menutup operasinya pada 1 Maret 2025. Penutupan ini menjadi akhir dari perjalanan panjang salah satu raksasa tekstil Indonesia, meninggalkan kenangan bagi ribuan pekerja dan masyarakat yang pernah bergantung pada kejayaan perusahaan ini.
Awal Sebuah Kejayaan Tahun 1992, Presiden Soeharto meresmikan pabrik Sritex di Sukoharjo, Jawa Tengah, sebagai bagian dari upaya memperkuat industri tekstil nasional. Perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi salah satu pemasok tekstil terbesar di dunia, termasuk seragam militer untuk berbagai negara.
Dengan ribuan tenaga kerja dan jaringan bisnis yang luas, Sritex menjadi simbol keberhasilan industri manufaktur Indonesia. Di bawah kepemimpinan HM Lukminto, perusahaan ini terus berkembang, bahkan melewati berbagai tantangan ekonomi, mulai dari krisis moneter 1998 hingga pandemi Covid-19.
Momen Perpisahan yang Emosional
Namun, roda bisnis tak selamanya berputar ke atas. Masalah keuangan, utang yang menumpuk, serta perubahan pola konsumsi tekstil global menjadi tantangan berat bagi Sritex. Hingga akhirnya, pada 1 Maret 2025, perusahaan ini mengumumkan penghentian operasionalnya.
Momen perpisahan yang berlangsung di pabrik Sritex di Sukoharjo dihadiri oleh ribuan mantan pekerja, keluarga mereka, dan masyarakat setempat. Beberapa di antaranya tak kuasa menahan air mata, mengingat perusahaan ini telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama puluhan tahun.“Sritex bukan hanya tempat kerja bagi kami, tapi juga bagian dari sejarah keluarga kami. Banyak dari kami yang bekerja di sini sejak muda, membesarkan anak-anak dengan penghasilan dari sini. Kini, semuanya hanya tinggal kenangan,” ujar Widianto, salah satu mantan pekerja yang hadir dalam acara perpisahan.
Beberapa orang mengenang kembali peresmian oleh Soeharto, yang dianggap sebagai awal dari kejayaan Sritex. “Dulu, kami bangga karena Sritex menjadi kebanggaan nasional, apalagi setelah Pak Harto meresmikannya. Tak menyangka akhirnya harus berpisah seperti ini,” kata seorang warga Sukoharjo yang menyaksikan momen bersejarah itu.
Akhir dari Sebuah Era
Penutupan Sritex menjadi cerminan dari tantangan industri tekstil Indonesia yang semakin berat menghadapi persaingan global dan perubahan tren pasar. Pemerintah dan pelaku industri kini dihadapkan pada pertanyaan besar: bagaimana menyelamatkan industri tekstil agar tetap kompetitif di era modern?
Meski babak perjalanan Sritex telah usai, jejak sejarahnya akan tetap dikenang. Dari peresmian oleh Soeharto hingga momen perpisahan yang mengharukan, Sritex telah menjadi bagian dari sejarah panjang industri tekstil Indonesia.
Kini, ribuan mantan pekerja harus mencari jalan baru, sementara nama Sritex akan terus dikenang sebagai simbol kejayaan yang pernah ada.
Penulis*/ Editor Iyus
(Berbagai Sumber )