
KBK.News, BANJARMASIN– Masalah sampah yang belum teratasi di Banjarmasin pasca-penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih kini menjadi pekerjaan rumah bagi Wali Kota baru, H. M. Yamin.
Warga pun mendesak agar program Bank Sampah peninggalan Wali Kota sebelumnya, Ibnu Sina, segera diaudit.
Keprihatinan itu diungkapkan oleh tokoh masyarakat sekaligus pengacara senior, DR H Fauzan Ramon SH MH, disela sela acara halal bihalal di RM Soto Bang Amat kawasan Banua Anyar, Senin (7/4/2025).
Menurutnya, persoalan sampah ini tak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah dan DPRD, tetapi mesti melibatkan seluruh elemen masyarakat.
“Masalah sampah ini menyangkut hajat hidup seluruh warga kota. Bank sampah itu harus diaudit. Itu uang negara, tapi tak jelas hasilnya. Jangan sampai program hanya formalitas tanpa dampak nyata,” tegas Fauzan.
Ia juga menyoroti hasil studi banding DPRD ke sejumlah daerah yang tak diterapkan di Banjarmasin, padahal di daerah lain sudah memanfaatkan teknologi seperti mesin pemilah, pengolah limbah jadi gas, hingga kompos.
Saprudin alias Bang Sap, warga lainnya, juga mendesak audit terhadap retribusi sampah yang dibayarkan melalui tagihan PDAM. Ia menilai penggunaan dana tidak transparan. “Kalau memang TPA ditutup oleh Kementerian Lingkungan Hidup, berarti ada masalah serius yang dibiarkan sejak lama,” ujar aktivis Pemuda Pancasila ini .
Bang Sap juga menyayangkan Pemko bisa membangun air mancur senilai Rp11 miliar, tapi tak mampu membeli ekskavator untuk penanganan sampah. “Kasihan Wali Kota yang baru harus menangani warisan masalah ini,” imbuhnya.
Sementara itu H Uskiansyah, mantan Kepala BNNK Banjarmasin, turut angkat bicara.
Ia menyoroti lemahnya pengawasan di Tempat Penampungan Sementara (TPS). “Sampah makin menumpuk hingga ke jalan karena tak ada pengawasan dari Satpol PP, padahal sudah ada larangan buang sampah di titik-titik tertentu,” jelasnya.
Sementara itu, H Iwan, pengusaha farmasi, menawarkan solusi dengan membangun incinerator di setiap kecamatan. “Seperti di rumah sakit, incinerator membakar sampah medis hingga jadi abu. Sampah umum di kota ini seharusnya bisa diolah dengan cara serupa. Kita bisa belajar dari Semarang,” sarannya.
Menurut Iwan, sampah perlu dipilah menjadi basah, kering, dan berbahaya agar pengolahan lebih efektif. “Kalau dikelola dengan benar, bahkan bisa jadi kompos atau energi alternatif,” pungkasnya.
Penulis,/Editor : Iyus