“Fakta bahwa elit politik dan para Caleg bodoh antara lain selalu menyuguhkan uang untuk pemilih. Bukti bahwa pemilih pintar, semua duit elit partai politik dan Caleg mereka terima. Tapi soal siapa yang akan dipilih, itu nantinya ditentukan dibilik suara,” kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Untuk Indonesia Ray Rangkuti.”Jadi, kecendrungan terbentuknya pemilih cerdas itu sesunguhnya sudah mulai terbentuk setelah Pemilu 2004. Masalahnya proses pembentukkannya sangat lambat karena elit politik dan mayoritas calon anggota legislatif (Caleg) masih mengedepan uang dalam mempengaruhi pemilih,” tegas Ray Rangkuti, pada Dialog Kenegaraan, di lobi gedung DPD, Senayan Jakarta belum lama ini.Untuk mempercepat proses terbentuknya pemilih cerdas yang merata lanjutnya, mestinya elit partai politik dan para Caleg yang harus kita paksa untuk merubah mindset-nya dalam berpolitik.