Kantor Berita Kalimantan

Pria Kaya Jadi Pemulung Sampah Plastik Di Sungai Martapura

Pria Kaya Menjadi Pemulung Sampah Plastik Di Bantaran Sungai Martapura, ia merasa kaya, karena sehat dan tidak berharap Bansos, Rabu (11/8/2021).

Abdul Salim (66), pria yang sudah tergolong tua ini setiap hari masuk ke kolong-kolong rumah di bantaran Sungai Martapura dan sekitarnya. Di bawah kolong rumah penduduk ini aliran air sungai biasa tersendat oleh banyaknya tumpukan sampah plastik dari masyarakat yang membuang sampah.

Pemulung Sampah Plastik Orang Kaya
Salim Bersama Rekan Kerja Mengangkut Sampah Plastik Dari Bantaran Sungai Martapura

Menurut Salim, ia sudah menekuni membersihkan sampah plastik di sungai sejak tahun 1998 lalu. Kalau diliputi media seperti TV dan lainnya sudah biasa, namun itu hal yang biasa saja.

Terkadang, kata pria tua ini ia masuk ke bawah kolong rumah penduduk ada ular, bahkan tersengat arus listrik, karena itu waspada. Sedangkan sampah plastik yang dipungut dari aliran sungai ia kumpulkan untuk dijual kepada pengepul.

Ia juga mengungkapkan, bahwa ia disebut orang sebagai pemulung juga boleh, karena memang memulung sambil membersihkan aliran sungai. Kalau hasil dari penjualan sampah plastik ia nilai patut disyukuri, karena cukup buat makan sehari-hari dan bayar rumah kontrakan.

“Selama saya masih sehat, insyaallah saya tetap bekerja tanpa harus mengemis dan mencari rejeki tanpa harus dengan cara yang tidak halal,” ujarnya.

Dari pantauan langsung, pria tua ini ternyata telah menciptakan lapangan kerja, karena seorang perempuan yang terbilang masih muda dan berusia sekitar 30 tahun jadi rekan kerjanya. Menurut Salim, perempuan yang ikut memungut sampah ke kolong rumah penduduk tersebut ia yang mengajaknya, karena hasil Memungut sampah lebih baik dan jelas.

” Ia saya ajak untuk ikut memungut sampah plastik di sungai, daripada hanya mengais mencari sisa-sisa bawang merah di Pasar Lima Banjarmasin. Perempuan ini adalah warga di Kelayan di Jalan Gerilya, Banjarmasin,” ungkapnya.

Salim mengaku hidupnya nomaden atau berpindah-pindah, sehingga tidak terdaftar di RT atau RW. Karena itu ia tidak pernah menikmati yang namanya Bansos BLT, PKH, BST dan lainnya.

” Saya tidak terlalu berharap dengan bantuan, saya lebih baik bekerja setiap hari dan lebih bebas, walaupun hasilnya kecil. Intinya Saya Orang Kaya, Karena Sehat, kesehatan itu salah satu kekayaan yang tidak bisa dibanding dengan harta atau uang,” pungkas Abdul Salim sambil tersenyum.

 

Exit mobile version