KBK.NEWS BANJARMASIN – Ratusan pemuda lulusan Kelas Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.O telah siap menangkal penyebaran informasi palsu atau hoax di Pilkada Serentak 2024 di Kalimantan Selatan, Senin (14/10/2024).
Menghadapi derasnya arus informasi yang sering kali menyesatkan, generasi muda Kota Banjarmasin kini bersiap untuk melawan hoaks yang beredar luas. Apalagi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada November 2024.
Hal ini menjadi sorotan utama dalam pelaksanaan Tular Nalar 3.0 pada pelatihan literasi digital guna memperkuat kemampuan berpikir kritis generasi muda dalam menyaring informasi di era digital.
Kegiatan ini diikuti sekitar 100 pemuda berusia 18-24 tahun yang digelar pada Minggu, 13 Oktober 2024 di Banjarmasin Creative Hub. Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Himpunan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Hima Kesmas) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) bersama Love Frankie dan didukung oleh Google.org.
Tular Nalar yang kini memasuki edisi ke 3, difokuskan untuk menjangkau generasi muda sebagai calon pemilih pemula atau yang dikenal sebagai First Time Voters melalui 500 kelas yang tersebar di 38 provinsi.
Kegiatan ini juga dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam terkait demokrasi, tahapan pemilu, serta pentingnya penginderaan hoaks yang berpotensi mengganggu proses demokrasi. Sebelumnya, IYCTC juga melaksanakan kelas serupa di Kota Jambi, Kota Medan, Kota Lampung, dan Kota Denpasar.
Ni Made Shellasih, Program Manager IYCTC menegaskan tentang pentingnya generasi muda memiliki kemampuan kritis dalam mengidentifikasi informasi palsu yang sering kali muncul di media sosial. Hal itu sering muncul saat Pemilu dan Pilkada.
Pemahaman tentang perbedaan real count, quick count, dan exit poll, beber Ni Made, umumnya menjadi salah satu topik utama yang diangkat dalam pelatihan yang pihaknya gelar.
“Para peserta juga sudah diajarkan untuk mengenali berbagai teknik manipulasi informasi, seperti framing dan distorsi fakta, yang sering digunakan untuk mempengaruhi opini publik,” ujar Ni Made.
Menurutnya, IYCTC, yang selama ini aktif dalam pemberdayaan pemuda untuk berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka memanfaatkan platform digital. Seperti dengan menyebarkan informasi seputar mitos dan fakta kesehatan, khususnya dalam isu isu seperti bahaya rokok.
“Kami menggunakan situs web www.pilihantanpabeban.id untuk membongkar berbagai mitos yang beredar di kalangan generasi muda, termasuk klaim menyesatkan dari industri rokok,” tambah Ni Made
Oleh karena itu, kata Ni Made, melalui acara ini pihaknya melibatkan ISMKMI dan Hima Kesmas Unmal untuk memberikan peluang bagi anggota IYCTC dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas generasi muda. Peluang yang dimaksud adalah memahami dan menyebarkan informasi terkait pengecekan fakta dan menghadapi tantangan di era digital. Misalnya pada isu yang lebih luas, terutama isu-isu yang banyak tersebar pada masa Pilkada, serta berkomitmen menjadi pemilih yang cerdas.
” Acara ini tidak hanya menjadi ajang belajar, tetapi menjadi wadah penting bagi peserta untuk menyadari peran mereka sebagai agen perubahan yang menyuarakan kebenaran,” imbuhnya.
Kemudian Salsabila, Sekretaris Inti Hima Kesmas ULM yang turut memfasilitasi kegiatan ini, menekankan pentingnya punya kapabilitas berpikir kritis untuk tidak terjebak informasi hoax.
Salsabila juga mengungkapkan, kegiatan ini merupakan kesempatan kami sebagai mahasiswa untuk bisa memahami dan membagikan kapabilitas berpikir kritis. Misalnya untuk tidak terjebak dalam informasi hoaks yang sering diterima oleh generasi muda.
“Hal ini juga menjadi pengingat bahwa sebelum kegiatan Pilkada pada Bulan November nanti. Kami bukan hanya generasi muda yang menjadi objek dalam peningkatan kualitas sumber daya di Kota Banjarmasin, melainkan juga menjadi subjek yang diikutkan dalam perumusan kebijakan,” jelas Salsabila.
“Dengan adanya Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0, diharapkan generasi muda dapat memperkuat kemampuan berpikir kritis mereka dalam menilai informasi, sehingga dapat menjadi penangkal hoaks yang masif di berbagai media. Kegiatan ini tidak akan berakhir di sini, kami akan terus memberdayakan para peserta selama beberapa bulan ke depan untuk memastikan mereka tetap menjadi agen generasi yang kritis,” pungkasnya.