Anggota DPRD Banjar Ahdiat Nurhan pada saat reses menerima aspirasi dari masyarakat agar kawasan Komplek Makam Sultan Banjar Tahlilullah jalannya diperbaiki dan diberi penerangan listrik, Minggu (3/10/2021).
Anggota DPRD Banjar, Ahdiat Nurhan menggelar reses di Dapil 1 Martapura, Kabupaten Banjar. Pada reses kali ini, anggota DPRD Banjar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mendatangi sejumlah warga Kota Martapura yang berada di pelosok gang, bahkan sampai ke penjaga Komplek Makam Sultan Tahlilullah di Kelurahan, Keraton.
Menurut Ahdiat, ia mendengarkan aspirasi warga sekitar Komplek Makam Sultan Banjar, bahwa makam perlu perawatan dan perbaikan. Selain itu suasana sekitar komplek makam terlihat gelap pada malam hari dan memerlukan penerangan listrik.
“Perbaikan jalan dan penerangan listrik menuju Komplek Makam Sultan Tahlilullah menjadi harapan masyarakat sekitar. Mereka juga berharap agar cagar budaya yang makan para raja, sultan dan wali-wali mendapat perhatian pemerintah daerah,” tuturnya.
Di Komplek Makam Sultan Tahlilullah, ungkap Ahdiat, terdapat sejumlah makam wali dan bahkan ada makam kakek dari Abah Guru Sekumpul ( KH Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani), yakni makam Abdul Manaf Bin Muhammad Seman.
“Didalam Komplek Makam Sultan Tahlilullah ini ada juga makam kakek dari Abah Guru Sekumpul, yakni makam kakek Abdul Manaf Bin Muhammad Seman,” jelasnya, Minggu (3/10/2021).
Sedangkan penunggu atau yang memelihara komplek makam ini, kata Ahdiat adalah kakek Aini yang punya zurian dengan Datu Kelampayan (Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari).
“Kakek Aini yang memelihara Komplek Makam Sultan Tahlilullah adalah turunan ke-8 dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari,” tandasnya.
Sejarah telah mencatat, beber Ahdiat, bahwa Sultan Tahlilullah yang mendidik dan berangkatkan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari berhaji dan sekaligus menuntut ilmu di Tanah Suci Mekkah.
“Setelah pulang dari berhaji dan menuntut ilmu di Tanah Suci Mekkah, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan mengajarkan ilmu yang beliau dapatka di Kesultanan Banjar. Dari beliaulah kemudian lahir para guru dan ulama besar di Martapura, bahkan kitab karangan beliau (Sabilal Muhtadin) diajarkan di sejumlah pondok pesantren di Nusantara,” pungkas Ahdiat Nurhan (KBK.NEWS).