kbk.news : Sholat dan Khotbah Jumat bersama Pangeran Hidayatullah atau Sultan Hidayatullah Halil illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrachman di Masjid Agung Babussakinah Cianjur, Jawa Barat, (25/6/2021).
Ada legenda besar dibalik syiar agama islam di Kota Cianjur, Jawa Barat dan bermuara kepada Sultan Banjar yang dibuang dan ditawan di daerah ini. Pangeran Hidayattulah setelah ditangkap Tanggal 2 Maret 1862 ia dibuang ke Cianjur dan selama 42 tahun lebih di daerah ini dalam pengawasan Tentara Hindia Belanda.
Selama ditawan di Cianjur ini gerak-gerik Pangeran Hidayatullah diawasi ketat Belanda, tetapi untuk melaksanakan ibadah ia diperbolehkan. Bahkan untuk ibadah sholat jumat ia diperbolehkan keluar dari tangsi militer tempatnya ditawan.
Pangeran Hidayatullah pada setiap jumat melaksanakan sholat di Masjid Babussakinah di Kota Cianjur ini. Ia menjadi pusat perhatian para Jamaah di masjid ini, karena cara dan penampilannya jauh berbeda dengan masyarakat sekitar, Pangeran Hidayatullah selalu menggunakan jubah kuning.
“Karena itulah masyarakat di Kota Cianjur menyebut Datu ulun sebagai Ulama Berjubah Kuning,” jelas zuriat Pangeran Hidayatullah, Bonang Rangga di Cianjur, Jumat (25/6/2021) pagi.
Pangeran Hidayatullah, kata Bonang, sangat dihormati para Bupati Cianjur di masa itu, karena mereka tahu beliau adalah seorang Sultan Banjar yang ditawan Belanda, karena tidak mau menyerah dalam Perang Banjar. Menurut Bonang, pada masa itu Pangeran Hidayatullah mengajarkan kitab kuning dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjar di Cianjur.
“Beliau, Datu Ulun juga memberikan khotbah jumat di Masjid Babussakinah dan berkat ilmu agama islam yang diajarkan, kini penggunaan Tawasul, Shalawat Nariyah secara luas diamalkan di Cianjur,” ucap cicit Pangeran Hidayatullah ini.
Setelah Pangeran Hidayatullah wafat, beber Bonang, berdirilah pondok pondok pesantren dan mengajarkan ilmu agama islam yang dibawa oleh Pangeran Hidayatullah di Cianjur. Hal tersebut diantaranya pelajaran di Kitab Kuning dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
“Alhamdulillah, walaupun beliau di pembuangan dan jauh dari tanah Banjar, beliau masih bisa menyampaikan syiar islam dan disebut sebagai pencerah islam di Jawa Barat. Karena pada masa itu di Cianjur ajaran islam semakin berkembang, apalagi saat itu Belanda bersama para misionaris gencar melakukan ajaran agama mereka,” pungkas Bonang Rangga.
Foto : wikipidia