Banjarmasi : Bus Air Yang Merajai Angkutan Sungai Kini Pensiun. Dermaga atau Pelabuhan Banjar Raya di Banjarmasin sudah tidak lagi menampung bus air (29/1/2019).
Bus air angkutan sungai 30 tajun lalu masih merajai angkutan umum diperairan Barito, Kapuas dan Sungai Kahayan. Namun seiring majunya perkembangan infrastruktur jalan darat, maka bus air menepi dan pensiun.
Dermaga Banjar Raya, Banjarmasin sejak awal tahun 70- an hingga 1990 menjadi primadona bagi angkutan jalur sungai. Bus air setiap hari ramai dengan angkutan penumpang dan barang ke sejumlah tujuan di Kalimantan Tengah.
Kondisi Dermaga Banjar Raya sekarang ini berbeda jauh. Sebab, terlihat sepi dan terminal penumpang dan tempat penjualan tiket tidak berfungsi lagi. Tidak ada lagi lagi terlihat bus air yang sandar di dermaga.
Dislan (50) seorang penjaga parkir yang sudah lebih 30 tahun bekerja di sekitar Dermaga Banjar Raya menuturkan tentang sejarah bus air yang semakin tengggelam. Menurutnya dalam 25 tahun terakhir satu persatu bus air pensiun dan tidak lagi melayani angkutan sungai.
“Kalau dulu setiap hari ada bus air yang berangkat. Tetapi kini hanya tersisa satu bus air Pancar Mas yang hanya berangkat 5 hari sekali dengan tujuan Muara Teweh,” ucapnya sambil menghela nafas.
Pria berusia 50 tahun ini selanjutnya menjelaskan, jurusan yang biasa menjadi tujuan bus air, seperti Kapuas, Palangkaraya, Buntok dan Puruk Cahu sudah tidak ada lagi.
“Tidak ada lagi bus air yang mengangkut penumpang atau barang ke jurusan tersebut. Sebab, banyak yang memilih jalur darat dan lebih cepat sampai. Dulu ada bus ai Lutfi Arufah tujuan Palangkaraya,” ungkapnya.
Dislan menjadi saksi hidup ramai dan juga sepinya angkutan sungai di Dermaga Banjar Raya, Banjarmasin hanya bisa pasrah. Sebab, sepinya angkutan bus air juga berdampak pada penghasilannya.
“Ini tidak bisa dihindari akibat kemajuan zaman, masyarakat lebih memilih jalur darat, karena memang lebih cepat sampai tujuan,” tandasnya lagi.
Bahrani Warga Margarsari, Kabupaten Tapin mengatakan, kenangan luarbiasa, karena pernah menggunakan bus air.
“Dulu saya ke Palangkaraya harus menempuh waktu yang lama sekali. Saya masih ingat harus melewati siang dan malam barulah sampai ke Pelabuhan Rambang di Palangkaraya,” ujarnya.
Muhammad Fahrianoor Dosen Unlam Banjarmasin mengatakan, pengalaman menaiki bus air takkan terlupakan. Sebab, ia pernah menggunakan jasa bus air dari Danau Panggang menuju ke Palangkaraya.
“Berangkat ke Palangkaraya dari Danau Panggang dan melewati Paminggir. Terkadang kapal kandas, sehingga bus air harus menunggu air pasang baru bisa melanjutkan pelayaran,” ucap Fahri penuh bangga.
Fahri menuturkan mengarungi sungai untuk menuju Palangkaraya dan lainnya menggunakan bus air kini hanya tinggal kenangan dan sejarah masa lalu.
“Uniknya dulu, diburitan bus air ada warung yang menjual nasi kuning,” ungkapnya.
Kenangan dan sejarah membelah sungai dan mengarunginya hanya akan menjadi kenangang para orangtua. Sebab, kini bus air sudah pensiun sebagai dampak terbuka dan terhubungnya jalur darat.
Foto : Sukarliwordpress