Site icon Kantor Berita Kalimantan

Seribu Pertanyaan Tentang Lisa

Penulis : Randu Alamsyah

KBK.News, BANJARBARU – Saya akan menjawab satu-satu sanggahan atau pertanyaan terkait postingan saya mengenai Lisa Halaby dan Pilkada Banjarbaru. Jawaban ini sekaligus standpoint saya mengenai permasalahan ini. Tentu saja ini bukan jawaban ahli– ini hanya jawaban saya. Supaya lebih lugas, terang dan langsung, saya akan menuliskannya dalam bentuk tanya jawab.

Q: Apa pandangan Anda tentang Pilkada Banjarbaru?

A: Lisa menang. Fair and square.

Q: Bagaimana dia bisa menang, sementara dia tidak didukung oleh semua warga Banjarbaru. Dia hanya dapat 36.000 suara!

A: Untuk menang dalam Pilkada, gak harus didukung semua warga Banjarbaru. Dulu Aditya menang Pilkada Banjarbaru, hanya mengumpulkan 43 ribuan suara dari jumlah pemilih sebanyak 167.672. Hitung sendiri persentasinya.

Q: Kok bisa?

A: Bisa, aturannya begitu. Pilkada adalah peraih suara terbanyak, bukan peraih semua suara.

Q: Tapi kan Lisa menang dengan curang, karena Aditya didiskualifikasi!

A: Aditya yang didiskualifikasi kenapa malah Lisa yang curang? Logikanya dimana? Dalam permainan bola ketika Anda dikartu-merah, berarti Anda melakukan pelanggaran. Anda yang curang, makanya Anda dikeluarkan. Anda gak bisa menyalahkan siapapun selain diri Anda sendiri.

Q: Tapi kan, mari pakai analogi bola Anda, wasitnya dalam permainan ini gak adil! Sesuka-sukanya ngeluarin kartu merah. Jangan-jangan wasitnya dibayar.

A: Wasitnya digaji. Kalau Anda punya bukti wasitnya dibayar, laporkan ke pihak berwajib. Tapi setahu saya, wasitnya sudah mengacu pada aturan permainan. UU-nya ada. Jika Anda baca, calon yang melanggar jelas sanksinya di sana, calon bisa didiskualifikasi.

Q: Kok Anda kayak yakin bener wasitnya gak dibayar. Darimana Anda tahu. Anda mendukung wasitnya, ya?

A: Supaya gak kayak keterusan analogi bola, mari kembali lagi: Wasitnya adalah Bawaslu dan KPU. Saya gak mendukung mereka. Ketika Aditya didiskualifikasi, saya sempat menghubungi teman saya di Bawaslu Kalsel. Dia bilang gak mungkin mengeluarkan rekomendasi atas pembatalan pencalonan Aditya jika tidak memiliki landasan administrasi yang jelas.

Q: Tapi kok baru Bawaslu Kalsel dan KPU Banjarbaru yang berani melakukan hal ini?

A: Mereka berani melakukannya karena memang ada aturannya. Saya salut. Ini pembelajaran bagi calon-calon petahana yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kampanye. Saya yakin di Pilkada berikutnya, akan semakin banyak KPU dan Bawaslu yang berani mengambil keputusan semacam ini.

Q: Kenapa KPU dan Bawaslu yang lain saat ini gak berani, padahal jelas-jelas banyak petahana yang melakukan hal serupa?

A: Keberanian orang gak sama. Coba tanyakan ke KPU dan Bawaslu lainnya itu berapa level keberanian mereka.

Q: Tapi bukankah dengan mendiskualifikasi Aditya, maka demokrasi gak ada lagi di Banjarbaru? Kan Lisa cuma bertarung sendiri.

A: Yang di-Diskualifikasi itu Aditya, bukan demokrasi.

Q: Iya, maksudnya Banjarbaru kan gak diberikan pilihan alternatif selain Lisa! Itu tandanya matinya demokrasi.

A: Banjarbaru sudah diberi pilihan. Anda ingat sebelum Pilkada, ada Pileg. Anda memilih wakil-wakil Anda dari partai-partai. Partai-partai yang Anda pilih itulah yang memutuskan nasib politik Anda berikut hak pilih Anda di Pilkada. Merekalah yang memilihkan calon buat Anda.

Q: Kenapa begitu? Saya gak merasa menitipkan aspirasi untuk mencalonkan Lisa Halaby.

A: Anda suarakan ke sana, jangan ke saya. Nasib politik Anda sudah tersegel ke orang yang Anda pilih di Dewan. Makanya yang serius kalau milih wakil rakyat.

Q: Tapi kan setidaknya setelah Aditya di-Diskualifikasi, KPU malah menguntungkan Lisa?

A: Dalam skala pribadi, belum tentu. Jika Lisa merasa dia bisa menang, ini malah membuatnya rugi. Dia dicap sebagai pemenang tanpa kompetitor. Dibully, didemo, dihujat. Padahal bukan dia yang melakukan pelanggaran.

Q: Pertanyaan saya, kenapa gak ada mekanisme kotak kosong setelah Aditya di-Diskualifikasi?

A: Juknis KPU-nya begitu. Dalam pemungutan suara, suara calon yang dibatalkan akan dianggap tidak sah.

Q: Lho, malah gak adil…

A: Malah adil. Pertimbangannya karena ini adalah calon yang dibatalkan karena melakukan pelanggaran. Dalam permainan bola di bagan final, ini semacam menang bye. Kalau Anda sering ikut kejuaraan futsal, Anda pasti tahu.

Q: Iya, tapi kan bagi warga Banjarbaru, ini menjadi tidak adil. Mereka kan mayoritas gak memilih Lisa.

A: Betul, tapi juga kebanyakan mereka gak memilih suara tidak sah. Pemilih Banjarbaru itu sekarang ada 195 ribuan. Suara tidak sah cuma 78 ribuan. Jika suara Lisa 36 ribuan ditambah sisa yang gak milih, dia bisa unggul melebihi suara tidak sah.

Q: Artinya apa?

A: Artinya klaim Anda tentang mayoritas orang gak milih Lisa belum tentu benar. Bisa aja mereka gak datang ke TPS karena gak ada serangan fajarnya, atau gak diberi transport, atau lagi sibuk, atau ketiduran, padahal sebenarnya mereka memilih Lisa.

Q: Anda ini Lisa Lisa terus, sudah lama ya ngefans dengan Lisa?

A: Iya, dari 2015 sebenarnya. Semenjak dia gabung di YG Entertainment. Tapi sayangnya saya gak sempat datang waktu dia tour Jakarta kemarin.

Q: Owalaaaaah….

A: Owaluuuhhh…

Exit mobile version